Cukup dipelihara tiga-empat bulan secara intensif, lalu dijual. Keuntungan pun langsung didapat.
Boleh dibilang, agribisnis kambing maupun domba (kado), sampai saat ini belum banyak digarap. Padahal, peluang usahanya cukup menjanjikan. Selain banyak dibutuhkan pasar dalam negeri, khususnya untuk sate, pesta, kurban, dan akikah, kado diminati pasar ekspor.
Memang, produksi dan produktivitas yang rendah masih menjadi hambatan pengembangan domba maupun kambing. Hal ini gara-gara sistem pemeliharaan masih tradisional dan belum berorientasi pada keuntungan. “Oleh masyarakat pedesaan, domba atau kambing masih dianggap tabungan, belum dijadikan ladang usaha,” ungkap H. Ujang Munajat, peternak domba intensif, di Cicurug, Sukabumi, Jabar.
Penggemukan dengan penerapan teknologi pakan sesuai kebutuhan gizi ternak, salah satu alternatif tujuan agribisnis kado yang jelas. Apabila penggemukan direncanakan dengan tepat waktu penjualan setiap periodenya, ternak kecil ini dapat dijadikan usaha andalan. Selain bibit dan manajemen pemeliharaannya, pemberian pakan sangat penting diperhatikan. Bila tidak, usaha budidaya kado tidak menguntungkan. “Pakan yang tepat penting untuk memperoleh pertambahan bobot badan yang lebih baik, sehingga diperoleh keuntungan optimal,” tutur Yuyu Rahayu, pengelola Kampung Ternak, di Bogor, Jabar.
Bisa Tiga Bulan
Kado untuk bibit biasanya diberi pakan sebanyak 10—20 persen dari bobot badan. Artinya, bila bobotnya 50 kg, pakan yang diberikan setiap hari sebanyak 5—10 kg. Guna mencukupi kebutuhan protein, menurut Yuyu, sebaiknya dijatah pakan pendamping berupa konsentrat 1% dari bobot badan.
Namun, dalam penggemukan, porsi konsentrat lebih banyak, 70—90 persen. “Dengan porsi itu, target pertumbuhan bisa tercapai. Biasanya, selama 4 bulan diberikan 1 kg konsentrat per ekor,” imbuh Yuyu.
Contoh usaha penggemukan domba bisa dilihat di PT Laga Lesan Putra (LLP), peternakan domba garut di Ciomas, Bogor, Jabar. Tiga bulan menjelang Idul Adha, perusahaan ini membeli 100—200 ekor domba Garut, umur satu tahun dan berbobot 27 kg dengan harga rata-rata Rp500 ribu/ekor. Domba lalu dipelihara selama 3 bulan, dirawat, dipotong bulu dan kukunya, serta dimandikan.
“Kalau pakannya bagus, domba bisa berkembang baik dan bisa dijual seharga Rp750 ribu—Rp 900 ribu/ekor,” ucap Yanto Tarsono, pegawai LLP. Untuk mencapai target bobot 35 kg per ekor selama pemeliharaan 3 bulan, domba dipasok pakan 3 kali sehari. Pakan ampas tahu diberikan pada pukul 11 siang, sebanyak 2 kg per ekor. Pakan susulan berupa rumput sebanyak 5 kg per ekor yang disediakan pada pukul satu siang dan pukul 5 sore. “Pagi hari sampai pukul 10, domba belum diberi makan. Rentang waktu itu dipergunakan untuk bersih-bersih kandang seperti menyapu dan menyemprot lantai dengan air,” tandas Yanto.
Dadang WI, Enny Purbani, Yan Suhendar
Analisis Usaha Penggemukan Domba
Uraian Volume Harga Jumlah
Produksi Domba 30 ekor Rp. 700.000 Rp 21.000.000
Biaya Operasional:
a. Bibit Domba 30 ekor Rp. 300.000 Rp 9.000.000
b. Pakan Hijauan 21.600 kg Rp. 75 Rp 1.620.000
c. Pakan Konsentrat 2.400 kg Rp. 1.000 Rp 3.600.000
d. Obat-obatan - - Rp 100.000
e. Upah Buruh Bulan 4 Rp. 100.000 Rp 400.000
Total Biaya Operasional Rp 14.720.000
Keuntungan Rp 6.280.000
Keterangan:
§ Pakan Hijauan 6—8 kg/ekor/hari.
§ Pakan Penguat 1 kg/ekor/hari.
§ Obat-obatan Rp10.000/ekor/tahun (dewasa)
§ Luas Kandang 1m2 /ekor
§ Biaya kandang Rp50.000/m2 dengan umur ekonomi 10 tahun.
§ Periode penggemukan 4 bulan.
Sumber : H. Ujang Munajat, peternak domba intensif, Sukabumi, Jabar