Kamis, 5 Juli 2007

Warga Beralih ke Susu Sapi Segar

Harga Bahan Baku Susu Naik Dua Kali Lipat

Jakarta - Kenaikan harga jual susu di pasaran akhir-akhir ini, disebabkan melonjaknya harga bahan baku susu yang masih diimpor dari Australia hingga dua kali lipat. Hal itu menyebabkan sebagian warga masyarakat, seperti di Yogyakarta, mulai beralih ke susu sapi segar, karena tingginya harga susu produksi pabrik.

            Direktur PT Frisian Flag, Hendro Harijogi, di Jakarta, Selasa (3/7) menjelaskan, selama ini 70 persen kebutuhan bahan baku susu masih diimpor dari Australia, dan sisanya dipenuhi dari dalam negeri.

            "Saat ini, perusahaan masih mengimpor bahan baku skim milk powder dari Australia. Harga bahan baku naik dua kali lipat dari Rp 2.100 menjadi Rp 4.500 per kilogram," ujar Hendro. Kondisi itu memaksa produsen susu nasional menaikkan harga jualnya sekitar 3-5 persen, untuk mengimbangi meningkatnya biaya produksi.

            Hendro, yang juga menjabat Sekjen Asosiasi Perusahaan Makanan Bayi menjelaskan, kenaikan harga susu tidak hanya terjadi di Indonesia, namun hampir di seluruh dunia. Hal itu terjadi karena Australia yang merupakan pengekspor skim milk powder ke seluruh dunia, mengalami musim kering pada tahun 2006, sehingga produksi bahan baku susu negari Kanguru tersebut menurun drastis.

            Hendro mengharapkan pemerintah segera memikirkan jalan keluar agar bahan baku susu tidak bergantung pada impor. Dia memperkirakan, harga susu akan turun paling lambat akhir tahun ini, seiring dengan berakhirnya musim kering di Australia.

            "Produksi susu tetap berjalan normal. Diharapkan persediaan susu tidak ada masalah hingga menjelang Lebaran nanti," jelasnya.

            Mengenai lonjakan harga jual susu di pasaran, anggota pengurus Industri Pengolahan Susu ini menuding para pedagang sengaja menaikkan harga susu yang membuat masyarakat resah. "Padahal produsen hanya menaikkan harga susu sekitar 3-5 persen. Yang terjadi di lapangan, harga susu di beberapa toko dan pasar melonjak naik sampai 30 persen," katanya.

            Sementara itu, Badan Pusat Statistik mencatat, kenaikan harga susu sejak Juni lalu, memberi andil 0,01 persen pada laju inflasi bulanan yang keseluruhannya mencapai 0,23 persen.

            Dari pantauan SP di Pasar Kramatjati, Jakarta Timur, pada Selasa (3/7) secara umum naik sekitar 15-20 persen. Susu bubuk merek Frisian Flag pada minggu lalu dijual seharga Rp 42.000 per kilogram (kg), naik menjadi Rp 47.000 per kg. Sedangkan merek Dancow ukuran 450 gram yang pekan lalu harganya Rp19.000, naik menjadi 23.500.

            Ali Gunawan, pedagang di Pasar Kramatjati mengungkapkan, sejak pertengahan Juni lalu, harga susu sudah naik, dan hal itu telah diinformasikan produsen susu. Dia menaikkan harga jual susu sebesar 15 persen.

            Akibat kenaikan harga susu, Maryati (30), ibu rumah tangga, mengaku terpaksa mengurangi jumlah susu yang dikonsumsi anaknya yang baru berumur 2 tahun.

            "Saya hanya menyiapkan anggaran untuk beli susu anak sekitar Rp 300.000 per bulan. Bila harga susu naik seperti saat ini, mau tak mau harus mengurangi jumlah susu yang akan dikonsumsi anak saya," keluh Maryati.

            Kenaikan harga susu juga terjadi di sejumlah daerah. Di Bandung, harga susu bubuk untuk bayi naik 10 persen, dan susu kental manis naik 5 persen.

            "Awal Juli ini distributor & pemasok menaikkan harga susu," kata Sekretaris Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia, Jabar, Hanri Hendarta, Selasa pagi.

            Demikian halnya di Padang, dalam dua pekan terakhir, harga susu naik 10-15 persen. Sedangkan di Makassar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat menganggap wajar, meskipun harga jual susu di pasaran naik sebesar Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per kemasan.

Susu Segar

            Menyikapi kenaikan harga susu produksi pabrik hingga Rp 2.000 per kemasan, warga Yogyakarta beralih mengkonsumsi susu sapi segar. Mereka berlangganan susu sapi segar dari peternak, atau badan usaha penyedia susu sapi segar, seperti UPT Ternak Perah Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.

            Manajer UPT Ternak Perah Fakultas Peternakan UGM, Timan Soetarno mengungkapkan, sejak sepekan terakhir, jumlah pelanggan meningkat. "Kami hanya bisa menambah 20 pelanggan, karena produksi susu di sini sulit ditingkatkan," katanya.

            Timan mengaku, selain calon pelanggan meningkat, pembeli langsung juga bertambah sejak pekan lalu. "Rata-rata mereka membeli 10 sampai 20 liter, dan baru satu jam selesai diperah, 50 liter langsung ludes," katanya.

            Dengan 20 ekor sapi perah indukan, produksi susu rata-rata per hari mencapai 150 liter. Susu tersebut langsung dijual ke konsumen umum dengan harga Rp 5.000 per liter bila diantar atau Rp 4.000 per liter tanpa diantar.

 

 

Sumber : www.suarapembaruan.com

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain