Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengatakan Indonesia memiliki lahan perkebunan karet paling luas di dunia, namun dari segi produksi hanya mampu menempati urutan kedua setelah Thailand.
Produksi karet Indonesia selama tahun 2006 tercatat 2,6 juta ton, kalah dibanding Thailand yang menempati posisi teratas dengan tiga juta ton, kata Mentan Anton Apriyantono dalam sambutan tertulis dibacakan Dirjen Perkebunan Deptan Ahmad Mangga Barani di Nusa Dua, Bali hari ini.
Ketika membuka Konferensi dan pameran hasil perkebunan Karet yang melibatkan 500 peserta dari sejumlah negara penghasil dan pembeli karet, ia menyatakan, Indonesia memiliki hamparan perkebunan karet seluas 3,3 juta hektar, 85 persen diantaranya perkebunan rakyat. Dari segi produksi Indonesia kalah dengan Thailand, melalui upaya penerapan teknologi maju dan bibit jenis unggul diharapkan mampu meningkatkan produksi per satuan hektar.
"Indonesia menargetkan untuk bisa menjadi negara penghasil karet terbesar di dunia tahun 2020," kata Mentan Anton Apriyantono.
Upaya itu dilakukan dengan merefitalisasi perkebunan karet seluas 300.000 hektar hingga tahun 2010, sekaligus mengganti tanaman karet yang rusak dan tua yang mencapai 400.000 hektar.
Mentan menambahkan, pemerintah juga mengundang investor untuk mengembangkan perkebunan karet, sekaligus membangun membangun usaha hilir dan pemilik modal itu mendapat kemudahan dalam bidang perijinan dan insentif pajak. Budidaya perkebunan karet memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, antara lain sumber pendapatan bagi lebih dari 10 juta petani dan menyerap sekitar 1,7 juta tenaga kerja lainnya. Selain itu karet juga merupakan salah satu komuditas nonmigas yang secara konsisten nilai ekspornya terus meningkat.
Sebanyak 15 propinsi tercatat sebagai sentra produksi karet nasional, antara lain Nanggroe Aceh Darussalam, Sematera Utara, Riau, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
"Sudah cukup banyak propinsi yang menjadi sentra produksi karet sekarang, meski produk pertanian ini sesungguhnya kurang mendapat perhatian dari pemrintah," ucapnya.
Mengenai ekspor menurut Pungkas Riandika, media komunikasi kegiatan tersebut, sejak Januari hingga Agustus 2006, nilai ekspor karet mencatat rekor fantastis, yakni 3,751 miliar dolar AS.
Sementara pada periode yang sama tahun 2005, nilai ekspornya masih bekisar 2,173 miliar dolar AS dan kedepan perolehan deivsa dari non migas tersebut dapat ditingkatkan, Konferensi dan pameran hasil perkebunan Karet tersebut berlangsung selama dua hari diiikuti 500 peserta utusan dari Malaysia, vietnam, China, India dan negara-negara produsen karet lainnya, disamping tuan rumah Indonesia.
Sumber : www.bisnis.com