Selasa, 12 Juni 2007

Dari Alam Sampai Genggaman

Anda pasti tahu betapa banyak vitamin, protein dan kalsium ayng terkadnung di dalam susu, sehingga tidak heran jika Anda merasa wajib untuk meminum asupan yang kaya manfaat itu. Sayang, cairan kaya gizi tersebut tidak tahan lama secara alami. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab ‘malasnya’ seseorang mengonsumsi susu.

          Untuk menjawab permasalah tersebut, Anda harus berterimakasih pada teknologi aseptik dengan proses pemanasan tinggi, yang sering disebut sebagai Ultra High Temperature (UHT).

Teknologi Aseptik

          Pada zaman dahulu, sebelum orang menemukan teknologi pengawetan, susu yang diminum biasanya susu cair murni hasil pemerahan langsung. Selanjutnya, orang mengenal teknik pemrosesan yang disebut pasteurisasi. Teknik ini menggunakan cara pemanasan pada temperatur antara 63 – 73 derajat celcius selama 15 menit, untuk membunuh bakteri patogen. Setelah diproses, agar bertahan susu harus disimpan pada suhu dingn, yaitu antara 5 – 7 derajat celcius. Namun, meski demikian pun susu ini hanya bisa bertahan lebih kurang dua minggu.

          Pada perkembangan kemudian, munculan teknologi aseptik. Teknologi ini merupakan inovasi yang diakui oleh International Institute of Food Tecnologist (IFT) sebagai kemajuan terpenting dalam ilmu pangan selama kurun waktu 50 tahun. IFT itu sendiri merupakan sebuah asosiasi ilmu pengetahuan yang didirikan tahun 1939 dan mempunyai 23.000 anggota yang tersebar di seluruh dunia. Sebagain besar anggotanya terdiri dari ilmuwan pangan, professional dalam industri dan pengajar.

          Dalam teknologi pemrosesan dan pengemasan aseptik produk pangan cair melewati prosespemanasan suhu tinggi dalam hitungan detik (proses UHT). Proses UHT ini menghilangkan seluruh bakteri berbahaya, dan ada pada saat yang sama menjaga semua kandungan nutrisi yang ada – termasuk juga warna, aroma, dan rasanya. Paduan antara suhu dan waktu yang tepat inilah yang menjadi inti dari teknologi UHT.

          Selain proses aseptik dengan teknologi UHT tersebut, kemasan memiliki peran yang sama penting untnuk menjaga susu agar tetap awet dan tahan lama hingga berbulan-bulan. Rahasianya adalah pada kemasan multi lapis yang memberikan perlindungan terhadap cahaya, udara dan mikro – organisme berbahaya agar tidak masuk ke dalam kemasan selama penyimpanan. Hal ini menjadikan susu tidak berubah rasa, tekstur dan kandungan nutrisi dari setiap produk tanpa perlu disimpan dilemari pendingin.

          Dalam kemasan karton yang seolah-olah terlihiat tipis tersebut, sebenanrnya terdapat enam lapis kertas yang memberikan perlindungan maksimal terhadap susu. Lapisan tersebut secara berturut-turut adalah : polietilen, kertas polietilen, alumunium, polietilen dan polietilen. Kemasan yang menggunakan lapisan tersebut menghasilkan kemasan yang kuat, ringan dan aman. Jadi, minum susu kapan pun dan dimanapun tidak lagi menjadi kendala.

          Teknologi kemasan yang canggih ini menjamin kesegaran sekaligus kualitas susu dan merupakan standar internasional. Selain bebas bakteri susu yang diproses dengan teknologi UHT dapat disimpan dalam jangka waktu yang lebih panjang ketimbang susu pasteurisasi yaitu hingga sekitar 10 bulan, tanpa perlu menggunakan bahan pengawet dan juga tak perlu disimpan dalam suhu dingin. Walaupun begitu segera setelah kemasan dibuka, suhu UHT tetap harus disimpan dalam lemari pendingin agar kualitasnya tetap terjaga. Dan memang, untuk mendapatkan kualitas terbaik, sebaiknya Anda segera menghabiskan susu tidak lama setelah kemasan dibuka.

Hati-Hati Bocor

          Menilik keunggulan teknologinya, kita boleh mendambakan kualitas terbaik dari susu yang diproses secara UHT. Meski demikian, sebagai konsumen kita juga harus awas dan teliti, karena susu UHT bisa menjadi basi apabila terdapat kebocoran pada kemasan kartonnya.

          Kebocoran sebenarnya dapat dengan mudah dikenali, yaitu apabila kemasan tampak menggembung. Hal tersebut diakibatkan susu terkontaminasi bakteri yang berhasil menerobos masuk da kemudian menghasilkan CO2 yang membuat kemasan menggembung.

          Selain itu, jika Anda menyimak isi susu di dalamnya, hindari pula mengkonsumsi susu yang sudah mengental. Hal itu juga menjadi salah satu tanda bahwa susu telah terkontaminasi oleh bakteri yang merugikan, sehingga mengurangi tingkat keasaman organik di dalamnya.

          Cara lain utnuk mendeteksi kualitas susu adalah dari bau dan rasanya. Saat menyimpan susu UHT, sebaiknya hindari tempat penyimpanan yang memiliki temperatur terlalu tinggi, yaitu di atas 50 derajat celcius, karena dapat mempercepat susu menjadi basi.

          Nah kalau meminum susu sudah menjadi demikian mudah, tidak ada alasan lagi kan untuk tidak minum susu ? Selamat minum susu

 

Sumber : Harian Kompas

 

 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain