Mengendalikan hama penyakit tomat tidak bisa hanya dengan mengandalkan racun kimia (pestisida). Dalam mengendalikan hama maupun penyakit tomat, sampai sekarang petani masih bertumpu pada penggunaan pestisida. Tak salah, sebab hasilnya bisa cespleng, beberapa jam setelah disemprot, hama mati. Namun jangan salah, bila terus-menerus disemprot, apalagi hanya dengan satu merek racun, hama yang bertahan hidup akan kebal. Menaikkan dosis penyemprotan bukan jawaban untuk mengendalikan hama yang sudah kebal itu. Soalnya, selain biaya produksi jadi bengkak, kasus serupa akan terulang di kemudian hari. Lebih jauh lagi, residu pestisida semakin menumpuk di tanah maupun pada buah tomat. Contoh kasus kekebalan hama, salah satunya sudah terjadi di sentra sayuran Pangalengan, Kab. Bandung, Jabar. Pada 1990-an saja, sejumlah hama sudah kebal terhadap puluhan merek insektisida (racun serangga). Berdasar slasan itu pula kini produsen pestisida membuat formulasi campuran dua bahan aktif dalam satu kemasan. Memadukan Beragam Cara Kalaupun akan terus menggunakan pestisida, sebaiknya memadukan banyak merek dengan bahan aktif berbeda. Aplikasinya dilakukan bergantian. Jangan lupa, pilih pestisida selektif, dan gunakan sesuai anjuran yang tertera pada label kemasan. Untuk mengurangi pengaruh buruk pestisida, sebaiknya dalam mengendalikan hama penyakit tomat petani menerapkan berbagai cara. Konsep ini dikenal dengan istilah pengendalian hama terpadu (PHT). “Penerapan PHT tidak hanya berlaku untuk satu musim tanam, melainkan meliputi pola tanam sepanjang tahun,” tandas Wiwin Setiawati, ahli hama penyakit di Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang, Bandung. Komponen teknologinya, lanjut dia, meliputi penggunaan varietas toleran, benih bebas penyakit, pupuk berimbang, pergiliran tanaman, pemanfaatan musuh alami, penggunaan perangkap berwarna kuning dan feromon seks, pestisida selektif, serta ambang pengendalian. Pergiliran tanaman tampaknya sepele, tapi bila tidak dilakukan akibatnya fatal. Hal ini sudah terjadi di Garut, Jabar. Kini petani tomat di sana kelimpungan akibat penyakit baru yang mereka namai penyakit kuning. Sepintas, serangan penyakit itu seperti paduan penyakit hawar daun dan bercak kering. Sebelumnya, hawar daun biasa menyerang pada musim hujan. Sedangkan bercak kering saat musim kemarau. “Bermacam-macam obat (pestisida) sudah dicoba, tapi tidak ada yang mempan,” ungkap Wawan Darmawan, petani tomat di Pasirwangi, Garut. Menurut Arif Darsono, petani tomat di Sukabumi, Jabar, pergiliran tanaman diperlukan untuk memutuskan siklus hidup hama maupun penyakit. Oleh karena itu, selama 13 tahun bertani, ia selalu menerapkannya. Kecuali itu, Arif pun menerapkan konsep PHT. Dadang WI, Enny PT Hama & Penyakit Utama Tomat Nama Umum Nama Latin Gejala Pengendalian Kimiawi (Merek Pestisida) Hama: Ulat tanah Agrotis ipsilon Tanaman baru pindah tanam Regent, Decis, Matador biasanya terpotong pada titik tumbuh, sehingga tanaman mati. Ulat buah Helicoverpa Menyerang buah dengan melu- Rampage, Buldok, Curacron armigera bangi. Buah menjadi busuk dan rontok. Kutu daun Aphis sp. Mengisap daun, daun keriput, Confidor, Regent, Curacron layu dan mati. Ulat jengkal Plusia sp. Menyerang daun dan buah. Decis, Rampage, Proclaim Ulat grayak Spodoptera Menyerang daun dan buah Buldok, Regent, Curacron litura Kutu kebul Bemisia tabaci Mengisap daun, meninggalkan Confidor, Pegasus, Regent bercak nekrotik Penggorok daun Liriomyza sp. Terdapat alur korokan pada Confidor, Pegasus, Regent daun. Penyakit: Hawar daun Phytophthora Bercak basah cokelat pada daun, Acrobat, Pitora, Folycom infestans batang, dan buah, biasa di data- ran tinggi. Bercak kering Alternaria Bercak kering pada daun, batang Cabrio, Folicur, Score solani dan buah, biasa di dataran rendah dan tinggi. Layu bakteri Ralstonia Tanaman layu mendadak, keluar Bakterisida solanacearum cairan putih bila dicelupkan ke dalam air Virus CMV, ToMV, Bervariasi:belang, tanaman kerdil Virusida Gemini-virus dan daun menyempit, bunga gu- gur, buah kurang, daun keriting. Sumber: Berbagai sumber Analisis Usaha Tani Tomat (Luas 1 Hektar) I. Persiapan Lahan A. Bahan - Dolomit 2.000 kg@Rp150 Rp 300.000 - Pupuk Kandang 20.000 kg@Rp250 Rp 5.000.000 - Pupuk NPK 1.500 kg@Rp3.500 Rp 5.250.000 - Pestisida alami untuk tanah 18 kg@Rp8.500 Rp 153.000 - Mulsa 10 rol@Rp400.000 Rp 4.000.000 --------------- Subtotal Rp14.703.000 B. Tenaga Kerja - Pembersihan Lahan 40 HKP@Rp12.000 Rp 480.000 - Pengolahan Tanah 80 HKP@Rp12.000 Rp 960.000 - Perawatan Bedengan 150 HKP@Rp12.000 Rp1.800.000 - Pengapuran 10 HKW@Rp10.000 Rp 100.000 - Penaburan Pupuk Kandang 36 HKW@Rp10.000 Rp 360.000 - Penaburan Pupuk Buatan 10 HKW@Rp10.000 Rp 120.000 - Pemasangan Mulsa 48 HKW@Rp10.000 Rp 480.000 -------------- Subtotal Rp4.300.000 II. Pembibitan dan Persemaian A.Bahan - Polibag 15 kg@Rp15.000 Rp 225.000 - Benih 10 pak@Rp65.000 Rp 650.000 - Sungkup Plastik 75 mRp3.500 Rp 262.500 -------------- Subtotal Rp1.137.500 B. Tenaga Kerja - Semai 45 HKW@Rp10.000 Rp 450.000 - Pembuatan Lubang Tanam 10 HKP@Rp12.000 Rp 120.000 - Penanaman & Penyulaman 40 HKW@Rp10.000 Rp 400.000 ------------- Subtotal Rp 970.000 III. Pemeliharaan A. Bahan - Ajir 21.000 batang@Rp150 Rp3.150.000 - Insektisida 20 liter@Rp150.000 Rp3.000.000 - Fungisida 65 kg@50.000 Rp3.250.000 - Perekat Serangga 5 liter@Rp120.000 Rp 600.000 - Fungisida Hayati Patogen Tanah 10 kg@Rp50.000 Rp 500.000 - Pupuk Daun 5 liter@Rp25.000 Rp 125.000 - Zat Pengatur Tumbuh 3 liter@Rp65.000 Rp 195.000 - Rafia 15 kg@Rp15.000 Rp 225.000 - Herbisida 5 liter@Rp50.000 Rp 250.000 ------------- Subtotal Rp11.295.000 B. Tenaga Kerja - Pemangkasan 60 HKW@Rp10.000 Rp 600.000 - Pasang Ajir 30 HKP@Rp12.000 Rp 360.000 - Pupuk Susulan 20 HKW@Rp10.000 Rp 200.000 - Penyemprotan 150 HKP@Rp12.000 Rp1.800.000 - Panen & Pascapanen 300 HKW@Rp10.000 Rp3.000.000 90 HKP@Rp12.000 Rp1.080.000 - Mandor 4 bln@Rp500.000 Rp2.000.000 -------------- Subtotal Rp9.240.000 IV. Peralatan - Sprayer/alat semprot 3 buah@Rp300.000 Rp 900.000 - Ember 20buah@Rp10.000 Rp 200.000 - Drum 3 buah@Rp200.000 Rp 600.000 - Gembor 1 buah@Rp50.000 Rp 50.000 - Peti 1.250 buah@Rp4.000 Rp5.000.000 -------------- Subtotal Rp6.750.000 V. Sewa Lahan/Musim Rp1.000.000 VI. Saung/Gubuk Rp 500.000 Total Rp49.895.500 Populasi tanaman : 25.000 batang Produksi : 50 ton Hasil Panen : 50.000 kg x Rp2.000 : Rp100.000.000 Keuntungan : Rp100.000.000–Rp49.895.500 = Rp50.104.500 Catatan : HKP = Hari Kerja Pria, HKW = Hari Kerja Wanita Penanaman dilakukan pertama kali, sehingga sarana produksi selain benih, pupuk, dan pestisida harus disediakan. Sumber : Arif Daryanto, Praktisi Hortikultura, Sukabumi, Jabar, 2007.