Progo - Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X mengimbau petani padi di lahan irigasi untuk menanam padi jenis hibrida. Meskipun harga benih lebih mahal, padi jenis ini dinilai mampu meningkatkan produktivitas petani.
Menurut Sultan, petani harus mulai melibatkan penggunaan teknologi dalam bertanam padi. Teknologi tak harus berupa alat tetapi bisa berupa benih unggul. Apalagi, luasan sawah di DIY sangat terbatas dengan rata-rata pemilikan tanah sebesar 300 meter persegi untuk tiap petani.
"Harapan saya, padi hibrida ini menjadi pilihan baru untuk meningkatkan produktivitas. Petani biasanya butuh tiga benih per lubang, dengan hibrida cukup satu biji per lubang sehingga meski harga lebih mahal tapi tetap irit," ujar Sultan seusai panen padi hibrida di Desa Kedungsari, Kulon Progo, Sabtu (5/5).
Sultan juga berharap sosialisasi padi hibrida yang terus dilakukan selama dua tahun mendatang tersebut akan mampu mengubah kebiasaan para petani. Penanaman benih hibrida saat ini telah diujicobakan di Kabupaten Kulon Progo, Sleman, dan Bantul.
Panen padi hibrida di Kulon Progo kali ini mampu menghasilkan 10 ton gabah kering giling per hektar. Rata-rata produksi padi selama ini, menurut Bupati Kulon Progo Toyo Santosa Dipo, hanya 6 ton per hektar. Padahal, sekitar 70 persen penduduk Kulon Progo bermatapencaharian sebagai petani. Lebih bagus
Padi hibrida merupakan produk persilangan antara dua jenis padi yang berbeda secara genetik. Apabila dua jenis padi itu diseleksi secara tepat maka turunannya akan memiliki vigor (tampilan) dan daya tahan yang lebih bagus daripada jenis sebelumnya. Dari berbagai pengujian, padi hibrida memiliki produktivitas 10-20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan varietas populer saat ini, seperti IR 64, ciherang, dan way apo buru.
Penanaman padi hibrida telah dilakukan di lahan seluas 90 hektar di Kulon Progo bekerja sama dengan Dinas Pertanian DIY. Penanaman meliputi beberapa kecamatan, yaitu Pengasih, Wates, Sentolo, Galur, Nanggulan, Panjatan, dan Kalibawang.
Toyo menargetkan peningkatan produksi beras pada 2007 sebesar 3.000 ton dan peningkatan 5 persen per tahun pada tahun berikutnya. "Kami mendampingi tiap kelompok tani secara intensif untuk penerapan teknologi," tuturnya.
Seusai mencicipi sepiring nasi dari beras hibrida, Sultan mengatakan rasa nasi itu cukup enak. "Meskinya tidak ada masalah bagi konsumen untuk membeli," kata Sultan.
Pada masa tanam musim kemarau tahun ini (April-September 2007), Pemprov DIY berencana menanam padi hibrida di Kulon Progo, Bantul, Sleman, dan Gunung Kidul. Total luas tanam ditargetkan mencapai 200 hektar.
Seorang petani, Ahmad Riadi, mengaku puas dengan hasil penanaman padi hibrida. Meski tanaman padi baru berusia 24 hari, ia optimistis meraup hasil panen yang baik.
Sumber : www.kompas.co.id