Jumat, 4 Mei 2007

Keberhasilan Menghasilkan DOC Bermutu

Nilai sebuah keberhasilan hatchery atau pantai pembiakan unggas ditentukan dari kemampuan panti pembiakan tersebut menghasilkan day old chick (DOC anak ayam umur sehari) yang berkualitas. Untuk menghasilkan anak ayam berkualitas tidak hanya ditentukan strain unggulan yang digunakan. Tapi juga bagaimana penanganan saat proses dari telur hingga menjadi DOC.Demikian terrangkum dalam seminar dan konsultasi yang bertemakan helping find solution yang diadakan PT Galur Prima Cobbindo (GPC), Rabu (3/5) di Jakarta.

          Menurut Spesialis Hatcheri dari Cobb Ventress Inc USA, Scott Martin dalam makalahnya tentang Hatchery Audit Program, mengatakan ada empat hal penting yang patut diketahui pelaku usaha dalam program pembiakan yaitu jaminan kualitas DOC yang akan dihasilkan, prosesing di dalam hathery itu sendiri dari mulai telur diset ditransfer hingga hingga menjadi DOC secara konsisten, program sanitasi dan tindakan pencegahan dalam pemeliharaan di hatchery itu sendiri.

          “Terkait dengan jaminan kualitas anak ayam ini menyangkut proses-proses penilaian hatching egg itu sendiri seperti kotoran, ukuran posisi telur, kelainan bentuk dan lain sebagainya,” katanya. Selain itu juga yang perlu diperhatikan adalah, candling, residue brakeout, penilaian anak ayam yang dihasilkan dan dilihat kematian saat hari ke tujuh dan ke empat belas.

Selain itu, Kepala Laboraturium Q-Service Poultry Laboratory & Consultancy, Maria Laurdess Arucan, DVM juga tampil dengan makalah berjudul Hatchery Sanitation Monitoring.

          Maria Laurdess Arucan mengatakan dalam hatchery sanitation monitoring ada dua hal yang selalu dilakukan oleh breeder yaitu pasive monitoring dan pro active monitoring.

          Kedua hal ini memiliki kelebihan masing masing, seperti halnya Pasive Monitoring (pengawasan secara pasif) yang hanya dilakukan oleh breeder dengan menunggu dan melihat hasil akhis setelah telur menetas. Pengawasan secara pasif ini memang menguntungkan karena breeder tidak akan mengeluarkan banyak uang dan tidak perlu melakukan tes di hatchery dan lain sebagiannya.

          “Namun pasive monitoring ini memiliki resiko kehilangan pendapatan dari nilai telur yang menetas karena DOC yang dihasilkan kurang bagus. Juga tidak ada data bagi breeder untuk melakukan penanganan jika terjadi masalah di hasil anak ayamnya,” kata Maria Laurdess Arucan.

          Sedangkan untuk pro active monitoring kesalahan-kesalahan yang terjadi di hatchery bisa dengan segera diatasi. Selain itu juga sangat memungkinkan menghasilkan anak ayam yang berkualitas.

          Dalam seminar yang dihadiri oleh beberapa perushaan pembibitan ini, GPC berharap para pelanggannya bisa menyerap sebanyak-banyaknya ilmu tentang hatchery sehingga mereka memperoleh pemahaman bahwa hatchery adalah pintu akhir yang sangat menentukan kualitas DOC.

 

Tri Mardi Rasa

 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain