Usaha ayam goreng maupun ayam bakar akan terus berkembang. Tidak akan berhenti, selama orang membutuhkan makanan. Perkembangan usaha ayam goreng maupun ayam panggang (bakar) cukup banyak di Pada dasarnya, memang orang Menurut Johan Wahyudi, Direktur Utama PT Ayam Goreng Fatmawati Indonesia (AGFI), landasan itu merupakan alasan mengapa banyak orang yang menekuni bisnis ayam olahan tersebut. “Perkembangan bisnis ayam goreng dan ayam bakar terkait erat dengan bisnis makanan secara umum, sehingga perkembangannya akan terus semakin besar. Tidak akan berhenti, selama orang masih membutuhkan makanan,” paparnya. Hal senada diutarakan Elies Lestari Setiawan, Corporate Secretary PT Sierad Produce Tbk., salah satu pemasok daging ayam, “Khususnya di kawasan Jabodetabek ( Di luar Jabodetabek, bisnis ayam goreng atau ayam bakar, juga berkembang. “Pertumbuhan bisnis ayam goreng dan ayam bakar di Solo cukup mengesankan. Dari 50 pedagang ayam goreng dan ayam bakar kakilima (PKL) pada 1998, kini meningkat menjadi 125 pedagang,” tandas Dwi Susetyo, Kasi Bidang Pembinaan dan Penataan PKL, Dinas PKL Solo, Jateng. Modal Sendiri atau Waralaba Secara umum, menurut Johan, tren bisnis ayam goreng dan ayam bakar mengalami peningkatan. Pasalnya, pangsa pasarnya masih sangat luas dan terbuka lebar. Oleh sebab itu, pemain di bisnis tersebut terus melakukan pengembangan usaha. Ada yang dari modal sendiri, ada pula yang menggunakan sistem waralaba.
Lebih jauh mengenai bisnis ayam kakilima ini bisa Anda baca di Tabloid Agrina versi Cetak volume 2 Edisi No. 52 pada halaman 1 dan 2 yang terbit pada Rabu, 2 Mei 2007.