Selasa, 20 Maret 2007

Komitmen RNI Pada Jarak

Untuk memenuhi kebutuhan CJCO, RNI siap menampung biji jarak produksi petani.

 

Dengan kebutuhan yang mencapai 10 juta liter Crude Jatropha Curcas Oil (CJCO) alias minyak jarak pagar mentah, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) berkomitmen serius dalam pengembangan jarak. CJCO digunakan untuk bahan bakar alternatif bagi operasional boiler atau mesin pengolahan tebu di 10 pabrik gula miliknya

Komitmen ini, menurut Rama Prihadana, Direktur Utama RNI, akan diwujudkan dalam bentuk pengembangan tanaman jarak seluas 10.000—15.000 ha/tahun. “Diharapkan pada tahun kedua pengembangan, produksi mampu memenuhi kebutuhan yang besar tersebut,” ungkapnya.

RNI membutuhkan sekitar 2,7 juta ton biji yang diperoleh dari 270.000 ha kebun jarak. “Sampai 100.000 liter minyak jarak pun, RNI siap memasarkan,” tegas Rama kepada AGRINA di ruang kerjanya (13/3).

RNI sudah menanam jarak di lahan perusahaan yang mencapai 4.000 ha dan melalui kebun binaan seluas 39.000 ha. Tahun ini produksi minyak jarak pagarnya ditargetkan sebanyak 204.485 liter, meningkat dari produksi tahun lalu yang baru 1.767 liter.


Bangun Kemitraan

Agar target produksi tercapai, RNI membuka lebar-lebar pintunya bagi pekebun jarak yang ingin bermitra. Model kemitraan ini salah satunya berwujud Desa Mandiri Energi (DME) yang mengembangkan jarak pagar berbasis tanaman rakyat. Percontohan DME tersebut adalah Desa Tanjung Harjo, Kec. Ngaringan, Kab. Grobogan, Jateng. Di desa ini telah ditanam jarak pagar 1.200 ha dan dioperasikan pabrik pengolahan biji jarak berkapasitas 3 ton biji/hari.

Menurut Ir. Widodo Rahardjo, General Manager PT PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh, pihaknya menyuplai bibit jarak pagar dan memberikan penyuluhan serta bimbingan kepada petani tentang metode budidaya. “Petani cukup memiliki lahan saja,” paparnya.

Setelah panen, pada umur 6—8 bulan, petani bisa menjual hasilnya dalam bentuk biji jarak atau minyak olahannya kepada RNI. Hasil penjualan dibagi dua, 35% buat RNI dan 65% kembali kepada petani.

RNI mengolah biji hasil tampungan dari petani dengan mengoperasikan dua unit mesinnya di Cirebon dan Subang, Jabar. Kapasitasnya 50 kg/jam dan 100 kg/jam. Pengolahannya hanya sampai proses penyaringan sederhana (filtering). Biji jarak dipres, lalu disaring, jadilah CJCO. Dengan rendemen 30%, produksi minyak baru mencapai 15 liter.  “Jadi, produksi kita memang belum dalam jumlah yang besar,” Widodo mengakui.

 

Hemat Rp11,5 miliar

RNI sudah memanfaatkan energi nabati sejak 2003 dengan mendayagunakan daun tebu kering untuk memproduksi gula. Perusahaan ini mengelola perkebunan tebu di Cirebon, Indramayu, dan Pasuruan. Alhasil, pemakaian residu BBM menurun dari 16 juta liter pada 2002 menjadi 15 juta liter tahun berikutnya. “Setahun berselang, RNI mencoba serbuk gergajian kayu dan batu bara sehingga pemakaian residu BBM pun hanya 12 juta liter,” Bachtiar Parmus, Kepala Pengembangan Bisnis RNI.

Penghematan itu senilai Rp11,5 miliar sehingga harga pokok produksi (HPP) gulanya menurun sampai Rp2.599/kg, dari semula Rp3.400. Apalagi jika memanfaatkan minyak jarak pagar mentah yang harganya Rp2.000/liter, HPP akan lebih rendah lagi. “Memang, pengembangan lahan jarak tersebut utamanya untuk memenuhi kebutuhan energi pengolahan gula milik perseroan,” tandas Budi Purbawa Aji, Manajer Humas RNI.

Yan S., Dadang, Peni, Selo, Krus

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain