Selasa, 20 Maret 2007

Pasar Bahan Bakar Nabati

Sejak dua tahun lalu, pemerintah terus mendorong pengembangan sumber energi terbarukan. Tujuannya mencari energi alternatif, khususnya bahan bakar, sebagai pengganti bahan bakar minyak bumi.

 

Menurut Dirjen Perkebunan, Achmad Manggabarani, melihat arah pengembangan demikian, membuka peluang pasar besar untuk menampung hasil pengembangan produksi bahan baku BBN. Potensi sumber bahan baku BBN terdapat pada empat jenis, yakni tebu dan singkong untuk etanol, kelapa sawit dan buah jarak untuk biodiesel.

 

Pasar Domestik

Achmad Manggabarani menambahkan, potensi pasar domestik untuk BBN sangat besar. Berdasar data  Departemen ESDM, kondisi energi saat ini menunjukkan minyak fosil diperkirakan akan habis dalam waktu dua dekade ke depan. Dan sekitar 43% kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri masih dipenuhi impor, sehingga beban subsidi tahun lalu mencapai Rp60,6 triliun. “Data ini menunjukkan, memang benar kita harus mencari sumber alternantif energi lain, salah satunya melalui BBN,” tegas Manggabarani.

Apalagi, dengan asumsi bahwa sekitar 5% kebutuhan energi bersumber dari biodiesel, maka peluang pasar yang terbuka untuk jangka menengah adalah sekitar 1,3 juta kilo liter per tahun sampai dengan tahun 2025.

Ditambah, pasar konsumsi internal perusahaan-perusahaan di dalam negeri. Seperti, banyaknya jumlah pabrik CPO (crude palm oil) yang mencapai 250 unit dengan total kapasitas sekitar 10.000 ton TBS/jam, yang diperkirakan membutuhkan biodesel mencapai 0,325 juta liter per tahun. “Konsumsi biodiesel untuk memenuhi kebutuhan internal akan terus tumbuh mengingat karena areal kelapa sawit terus tumbuh dengan laju lebih dari 10% pada dekade terakhir,” ungkap Manggabarani.

 

Pasar Ekspor

Sementara, pasar ekspor memang secara kuantitatif masih belum diidentifikasi. Namun demikian secara kualitatif, peluang pasarnya cukup terbuka karena negara-negara maju yang sudah melakukan diversifikasi energi dengan memanfaatkan BBN belum memiliki bahan baku yang sekompetitif CPO.

Contoh, di Amerika Serikat dengan biaya produksi sekitar US$ 0,6/liter dari bahan baku jagung dan kedelai, belum mampu menyaingi sumber energi alternatif berbasis tebu yang dihasilkan Brasil dengan berbasis CPO untuk produk biodiesel yang harga pokoknya kurang US$0,5/liter. Hal yang sama juga berlaku untuk negara-negara Eropa yang biaya produksi BBN-nya tidak akan mampu bersaing, khususnya untuk jangka panjang.

Sedangkan, pasar etanol di Korsel, Jepang, dan Asia pada umumnya dimanfaatkan untuk bahan campuran minuman keras seperti sake atau gin. Selain itu, etanol juga digunakan untuk beragam keperluan industri dari kosmetika, bahan bakar, peningkat oktan.

Sementara pasar minyak jarak (PPO/Pure Plantation Oil), menurut Robert Manurung, pakar jarak dari ITB, Bandung, tidak terbatas, terutama untuk pasar ekspor. Menurut dia, PPO sangat dibutuhkan pasar ekspor lantaran harga dan kualitas minyaknya bisa bersaing dengan minyak rapeseed. “Kalau ada barangnya, saya bisa memasarkan 100.000 ton minyak jarak per tahun,” imbuh Rama Prihandana, Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia.

Yan Suhendar, Peni, Dadang

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain