Walaupun peluang menjadi pemasok di swalayan terbuka lebar butuh strategi khusus supaya bisa bertahan di bisnis ini. Cukup banyak pemasok yang tak mampu bertahan karena berbagai sebab, seperti kekurangan barang, pengiriman barang tidak tepat waktu, kualitas barang kurang terjaga, dan tidak cukup modal.
Modal Harus Gede
Agar dapat menjadi pemasok swalayan, “Pertama, harus punya modal cukup untuk cash flow pengadaan barang,” jelas Martin, pemilik UD Alam Jaya yang berlokasi di kawasan Sengkaling, Malang, Jawa Timur. Modal besar dibutuhkan karena barang dibayar mundur 2—4 minggu oleh pihak swalayan. Padahal untuk pengadaan barang, pemasok harus membayar tunai.
Agar tak salah langkah, calon pemasok harus mempelajari kontrak yang berhubungan dengan harga, volume, serta jadwal kirim secara teliti. Perhatikan kesepakatan mengikat yang bisa berujung pada penalti denda dan berbagai potongan yang mencapai 6% dari nilai total barang.
Waspada Pengebom Harga
Untuk menjaga sumber pasokan, Martin mengembangkan kemitraan dengan petani. Bila perlu, ia bahkan mau mendukung biaya produksi. Selain menjaga kualitas sejak hilir, kemitraan menghindarkan perebutan barang dengan sesama pemasok.
Beban-beban yang menimbulkan biaya dalam kontrak juga perlu dicermati dan dimasukkan sebagai salah satu faktor penentu harga. Sarana transportasi tidak kalah penting. Untuk keperluan distribusi barang, cukup gunakan mobil boks. Sedangkan pengiriman keluar pulau, manfaatkan jasa ekspedisi dan sesuaikan dengan jadwal kapal pengirim.
Tidak semua produk yang dikirim ke swalayan langsung diterima. Mereka tetap menerapkan seleksi. Begitu juga barang yang datang dari petani. Akibatnya, banyak barang sisa sortir baik dari swalayan maupun petani. Untuk itu, perlu pasar alternatif guna melempar produk sisa ini, yaitu pasar tradisional dan kios buah kecil.
Tri Pranowo (Malang)