Contohnya, anggrek demikian dikatakan Jimmy Johanes Hasjim. Kalau kita bandingkan bibit botolan dari Thailand atau Taiwan, dengan buatan Indonesia, sekilas harga dari lokal lebih murah. Soalnya, satu botol bibit anggrek asal Indonesia berisi 40—50 bibit.
Sementara asal Thailand atau Taiwan, isinya cuma 15—20 bibit. Tapi ketika disemai dalam kompot (komuniti pot/ditanam 4—5 bibit dalam satu pot), tingkat kematiannya sampai 50%. Sedangkan dari Thailand atau Taiwan, hanya 2%. Bukan hanya itu, bibit asal impor ini pun bisa disemai secara individual (satu-satu).
Kita tidak perlu malu atas kekurangan itu. Lebih baik kita tunjukkan bahwa kita mampu memperbaiki semua kekurangan, sehingga bisa bersaing.
Kita tidak akan kalah terus, kalau mau belajar dari negara-negara pengekspor tanaman hias, seperti Belanda, Thailand, maupun Taiwan. Kita harus mampu menciptakan banyak variasi (model) karena sumber daya alam tanaman hias Indonesia sangat kaya.
Agrina