Kamis, 7 Desember 2006

RI-Iran segera bangun pabrik pupuk bersama

Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengatakan sejak 2005, ketersediaan gas dalam negeri untuk kebutuhan produksi pupuk dan kebutuhan lainnya telah defisit sebesar 1,362 juta mmbtu.

"Setelah membahas pembahasan, kami memutuskan agar segera membangun pabrik pupuk di Iran," ujarnya pada Rapat Gabungan Komisi IV dan Komisi VI DPR tentang Subsidi Pupuk, di Jakarta, hari ini.

Defisit ini, menurutnya, sulit diatasi jika hanya mengandalkan produksi gas nasional. Saat ini, tambahnya, lapangan gas nasional terbesar hanya pada dua lokasi, yaitu LapanganTangguh di Papua dan Natuna

Kesepahaman kerjasama (MoU) pembangunan pabrik pupuk Indonesia di Iran sudah ditandatangi, beberapa bulan lalu pada komitmen kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Iran. BUMN yang akan menangani kerjasama itu PT Pupuk Sriwidjaja.

Lebih jauh, Fahmi menjelaskan defisit gas ini, menjadi penyebab utama kelangkaan pupuk di Indonesia, selain faktor distribusi akibat tingginya disparitas harga pasar dan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi.

"Mau tidak mau pengalihan pabrik menuju pusat produksi gas yang berharga rendah atau murah akan menjadi penting sekali, karena itu kami putuskan membangun pabrik pupuk di Iran," ujar Fahmi.

Selain produksi gas di Iran berlimpah, lanjutnya, harga gas di negara tersebut juga sangat ekonomis, yaitu US$1 per mmbtu, dengan jaminan pasokan gas cukup besar. Di Indonesia harga gas sekitar US$2,3 per mmbtu sampai US$2,6 per mm btu.

Mengenai kebutuhan pupuk dalam negeri, dia mengemukakan kebutuhan pupuk untuk sentra pertanian dan perkebunan Indonesia terus meningkat. Pada 2010 kebutuhan pupuk nasional diperkirakan sebesar 11 juta ton. Sedangkan, kapasitas produksi yang dihasilkan lima produsen pupuk terbesar, yaitu PT Pusri, PT PIM, PT Kujang, PT Kaltim, dan PT Petrokimia Gresik hanya sebesar 7,78 juta ton.

Jika tidak ada relokasi atau upaya peningkatan produktivitas lainnya, ujarnya, produksi itu diperkirakan terus menurun. Pasalnya, hampir semua pabrik pupuk nasional itu telah berusia di atas 20 tahun kecuali Pupuk Kujang B yang baru saja diresmikan.

Kajian lainnya, lanjut Fahmi dengan meningkatkan teknologi yang digunakan memproduksi pupuk. Semua upaya ini, jelasnya, membutuhkan pendanaan. (dj)

Sumber: Bisnis Indonesia

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain