Selasa, 5 Desember 2006

Ini Dia Para Pemain Benih Hibrida

Dalam budidaya padi hibrida, setiap mau tanam petani harus membeli benih keturunan pertama (F1) dari produsen. Ini menciptakan peluang bisnis cukup besar.

Bila target 1 juta ha saja pertanaman padi hibrida diwujudkan, dengan asumsi setiap hektar butuh 15—20 kg benih, maka Indonesia perlu 150.000 ton benih per musim tanam. Jika harga benih Rp20.000—Rp35.000/kg, omzet bisnis ini bisa mencapai Rp3 triliun—Rp5,25 triliun per musim.

Wajar bila banyak perusahaan tergiur menggarap peluang tersebut. Tak sebatas perusahaan swasta dalam negeri, perusahaan multinasional pun tak ketinggalan.

Berdasarkan data Deptan, sampai sekarang terdapat 12 perusahaan dan satu Balai Penelitian Padi (Balitpa) yang mengembangkan benih padi hibrida. Ketigabelas instansi tersebut menawarkan 29 varietas padi hibrida dengan berbagai keunggulan masing-masing.

Namun memproduksi benih padi hibrida tidak gampang. Terbukti baru ada empat perusahaan yang sudah mampu menyediakan benih yang diproduksi di dalam negeri. Mereka adalah PT Tanindo Subur Prima, PT Bayer Indonesia, PT Sumber Alam Sejahtera, dan PT Dupont Indonesia (tahun depan).

Sementara yang lainnya masih belum berhasil memproduksi secara komersial. Mereka masih menemui kendala dalam mengawinkan tetua padi hibrida tersebut untuk menghasilkan benih sebar (F1).

Selain itu dari sisi kebijakan, insentif dari pemerintah pun belum banyak. Misalnya, ketentuan bahwa suatu perusahaan dalam waktu dua tahun harus mampu memproduksi benih di dalam negeri. Padahal secara teknis, paling tidak dibutuhkan waktu empat tahun.

 

AGRINA

 

 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain