Menempati 5 hall seluas 8.400 m2 di Beijing International Exhibition Center, VIV China 2006 cukup sukses bagi penyelenggaranya. Bagaimana tidak, jumlah peserta pameran sebanyak 426 berarti bertambah 66 perusahaan dibandingkan yang digelar di Shanghai 2004. Penambahan ini terjadi baik dari peserta lokal maupun asing.
Tahun ini jumlah peserta asing mencapai 143 sekaligus mencatat jumlah terbanyak dari empat kali penyelenggaraan VIV di Negeri Tirai Bambu tersebut. Mereka datang dari 25 negara. Yang kelihatan mendominasi adalah Belanda, Amerika Serikat, Korea, Italia, Perancis, Belgia, dan Jepang.
Perusahaan obat hewan tampak menonjol di antara peserta pameran dengan jumlah 95 dari lokal China dan 22 perusahaan asing. Selain itu, peserta terdiri dari perusahaan mesin, peralatan kandang, peralatan pemroses telur, industri pakan, perusahaan pembibitan unggas, dan pengolahan unggas.
Yang juga tak kalah menonjol adalah perusahaan pemasok kebutuhan babi. Ini tak mengherankan karena kebutuhan daging utama bagi negeri berpenduduk lebih dari semiliar orang tersebut memang babi. Pemasok kebutuhan ternak besar seperti sapi juga ada, terutama untuk sapi perah.
Nuansa Lokal
Meski pameran itu merupakan hajatan internasional dengan jumlah peserta asing yang banyak, suasana tetap saja terasa seperti pameran lokal China. “Ya tentu saja seperti itu karena 70—80% pengunjung pameran adalah orang-orang lokal,” ucap drs. Gerard W. Leeuwenburgh, Business Unit Manager VNU Exhibitions, sang penyelenggara, kepada AGRINA.
Yang unik, lanjut dia, jumlah pengunjung selalu sangat melimpah pada hari pertama, kemudian berkurang pada hari kedua, dan sangat sedikit saat hari ketiga. Ia mengaku tidak tahu persis mengapa orang China suka berkunjung saat hari pertama.
Sesaknya pengunjung hari pertama yang tercatat sejumlah 13.500 orang cukup membuat suasana untuk menyusuri stan demi stan karena cukup gerah. Apalagi melihat cara masuk mereka yang berebutan, saling dorong, bak nonton konser gratis, meskipun loket registrasi sudah dibuka sebanyak 40 buah.
Kecuali pengunjung memang didominasi penduduk lokal, perusahaan asing yang membuka stan pun menempatkan penjaga orang lokal. Atribut pameran pun mereka lengkapi huruf China.
Hal ini cukup menyulitkan bagi pengunjung asing yang ingin mengetahui lebih jauh tentang obyek pameran karena umumnya penjaga kurang menguasai Bahasa Inggris.
“Tampaknya mereka kurang mengantisipasi pengunjung dari luar, jadi ketika saya bertanya-tanya, mereka buru-buru mencari translator,” komentar Lukas R. Sudibyo, Direktur Pemasaran PT Romindo Primavetcom yang mendampingi principalnya, Adisseo, saat diminta komentarnya.
Pasar Raksasa
Terlepas dari kendala bahasa, para peserta pameran tersebut kelihatannya mendedikasikan produknya untuk menggaet pasar China. Sebut saja, PT Medion Farma Jaya, satu-satunya peserta pameran dari Indonesia. Melalui pameran ini, Medion mempromosikan produk vaksinnya yang telah memperoleh tempat di kalangan menengah ke atas pelaku industri unggas China.
Keseriusan pelaku bisnis asing bisa dilihat dari kesungguhan mereka menempatkan penjaga lokal untuk melayani pengunjung lokal. Lihat saja, Bernie Kaiser dari Internationalfeed.com, pemasok bahan baku pakan dari Amerika yang sengaja membayar mahasiswa China untuk membantunya memperoleh order dari pelaku bisnis China.
Pasar China memang menggiurkan. Apalagi, saat ini, menurut Zhang Baowen, Wakil Menteri Pertanian China yang membuka secara resmi pameran, peternakan di negara ini sedang mengalami transformasi dari sistem tradisional ke arah industri modern.
Menurut Zhang, tahun lalu China memproduksi 77,411 juta ton daging, naik 26,4% dari angka tahun 2000. Produksi telur mencapai 28,795 juta ton, naik 28,4%, dan 28,648 juta ton susu, juga naik 2,12 kali lipat dibandingkan data tahun 2000.
AGRINA, Beijing