"Usaha anggrek berpotensi besar untuk berkembang di Indonesia dan di pasar internasional asalkan ada dukungan dari pemerintah," kata Mufidah, di Jakarta, kemarin. Potensi itu karena Indonesia kaya dengan sumberdaya genetik anggrek.
Saat ini jumlah spesies alam anggrek dunia mencapai 25.000 spesies yang tersebar di berbagai negara tropis di seluruh belahan dunia. Dari spesies alam tersebut, sebanyak 5.000 spesies tumbuh di Indonesia dengan rincian 1.327 jenis terdapat di Jawa dan selebihnya di Sumatera, Kalimantan, Papua, dan pulau lainnya.
Menurut dia, daya saing komoditas anggrek di Tanah Air masih tergolong lemah. Sejumlah faktor yang mempengaruhi di antaranya penerapan sistem produksi yang tidak efisien, tidak adanya jaminan mutu, kontinuitas, dan ketepatan waktu pengiriman, harga produk yang terlalu tinggi dan pemilihan komoditas yang tidak sesuai dengan preferensi pasar.
Selain itu karena tingginya biaya pengiriman, belum tersedianya informasi pasar yang akurat, regulasi perdagangan yang kurang kondusif, tingginya biaya pajak dan pungutan, serta intensitas promosi yang masih rendah.
"Saya berharap lembaga penelitian dan perguruan tinggi dapat berpartisipasi dalam mengembangkan nilai tambah untuk meraih daya saing di pasar internasional," kata Mufidah.
Dia mengharapkan peranan para investor untuk menanamkan modalnya di bidang pengembangan anggrek dan meminta pemerintah agar menyediakan regulasi yang kondusif bagi penanaman modal di tanah air. (ln)
Sumber : ANTARA