Langka pupuk jenis SP-36 tersebut sudah berlangsung selama 10 hari terakhir ini di hampir kecamatan di wilayah Bojonegoro, terutama menjelang musim tanam padi. Langkanya pupuk SP-36 bersubsidi itu diduga akibat persediaan pupuk di Bojonegoro sangat sedikit tidak sesuai dengan kebutuhan yang sangat tinggi untuk akhir-akhir ini.
Petani dari Desa Kali Cilik Kecamatan Sukosewu, Rianto, Minggu (12/11) mengatakan, ia kesulitan mendapatkan pupuk SP-36 bersubsidi pemerintah yang harganya Rp 60.000 per 50 kilogram.
Hal tersebut terjadi di semua kios resmi atau kios pengecer yang ada di tempat tinggalnya. Bahkan ia juga harus mencari di kecamatan lainnya, namun persediaan juga sudah tidak ada. Hingga akhirnya ia terpaksa membeli SP-36 di kios pengecer yang harganya jauh mahal, yaitu Rp 120.000 per 50 kilogram.
Ia menjelaskan, pembelian pupuk tersebut ia lakukan saat ini agar pada musim tanam mendatang ia sudah memiliki persediaan pupuk yang cukup untuk tanaman padinya. "SP-36 ini memang langka. Sehingga petani membeli di luar subsidi pemerintah seharga Rp 120.000. Kondisi ini sudah berlangsung selama 10 hari ini," katanya.
Rianto menambahkan, Pupuk SP-36 bersubsidi jika ada di kios resmi harganya dari Rp 60.000 menjadi Rp 77.500. Sedangkan yang tidak bersubdisi dapat mencapai harga Rp 130.000 per 50 kilogram.
Sementara itu, Kepala dinas Pertanian Bojonegoro, Parwoto mengatakan, ia tidak tahu mengapa pupuk SP-36 bersubsidi langka di pasaran menjelang masa tanam padi. Namun mengenai langkanya SP-36 di Bojonegoro dikarenakan kebutuhan pupuk di tiap-tiap daerah, terutama di Bojonegoro sangat tinggi, yaitu 20.000 ton per tahunnya. Sedangkan realisasi pengadaan hanya 8.000 ton per tahun, sehingga jika ada stoknya maka dipastikan harganya akan melambung. (dir)
Sumber : Elshinta