"Stok urea bersubsidi kami di gudang lini III [kabupaten] mencapai 745.000 ton per 29 Oktober 2006," kata Dirut PT Pupuk Sriwijaya yang merupakan induk perusahaan BUMN pupuk, Dadang H. Kodri kepada ANTARA, di Jakarta, hari ini.
Dia mengatakan jumlah tersebut tiga kali lebih besar dari ketentuan Mentan untuk stok di lini III per bulan yang mencapai 280.000 ton.
"Kalau sesuai rencana, kemungkinan tidak terjadi apa-apa [kelangkaan], aman, karena [stok] sudah kami lebihkan," ujar Dadang.
Menurut dia, total stok pupuk urea yang ada di gudang-gudang milik produsen pupuk saat ini mencapai 1,2 juta ton atau melebihi kebutuhan pupuk urea di dalam negeri.
Dadang mengatakan total pupuk urea bersubsidi yang harus disalurkan berdasarkan Ketentuan Mentan untuk 2006 mencapai sekitar 4,3 juta ton dan pada Januari-September 2006 telah terserap sekitar 3,2 juta ton.
Namun, dia memperkirakan total urea bersubsidi yang terserap petani tanaman pangan hanya mencapai sekitar 4,2 juta ton tahun ini akibat mundurnya musim tanam dari Oktober ke November 2006.
"Mudah-mudahan dengan stok tersebut, kami dapat mengamankan [kebutuhan pupuk urea bersubsidi] pada musim tanam kali ini," kata Dadang.
Di tempat terpisah, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) yang merupakan produsen urea terbesar dengan tanggung jawab pengadaan pupuk urea bersubsidi terluas juga melipat gandakan stok lebih dari tiga kali lipat di sejumlah daerah strategis, terutama di Indonesia bagian timur.
"Di sejumlah daerah yang menjadi daerah potensial [penghasil beras] kami melebihkan stok pupuk urea untuk mengamankan kebutuhan musim tanam," kata Direktur Pemasaran PKT IB Agra Kusuma.
Dia menyebutkan di Jawa Timur yang kebutuhan pupuknya paling besar dan sebagian wilayahnya menjadi tanggung jawab PKT, pihaknya telah menstok urea di lini III dengan total sampai 150.000 ton dari ketentuan Mentan yang hanya 53.000 ton. (ln)
Sumber : ANTARA