Untuk menutupi kekurangan pasokan daging sapi, setiap tahun Indonesia mengimpor daging dan sapi bakalan. Berdasar data Meat and Livestock Australia (MLA), pada periode 2001—2005 Indonesia mengimpor sapi bakalan berturut-turut, 296.6525, 426.458, 387.160, 359.560, dan 347.967 ekor.
Jumlah itu mencapai 61% dari total ekspor sapi Australia. Data ini menunjukkan betapa Indonesia menjadi pasar sangat potensial. Tentu saja, negara pesaing Australia seperti Selandia Baru, Amerika Serikat, India, Argentina, Kanada, dan Brasil pun ingin berjualan ke Indonesia.
Bisa Terancam
Bila Brasil dan Argentina mampu mengatasi PMK di negaranya, posisi Australia sebagai pengekspor daging terbesar kedua di dunia dengan total nilai ekspor lebih dari A$4 juta bisa terancam. Kedua negara itu akan mudah masuk ke pangsa pasar Australia, seperti Jepang, AS, Korsel, dan Indonesia.
Brasil, pengekspor daging dan sapi terbesar di dunia dengan pangsa pasar 26%. Populasi sapinya pun menduduki peringkat kedua setelah India. Sekitar 70% produksi dagingnya untuk ekspor, antara lain ke Uni Eropa, Rusia, Mesir, Aljazair, dan Arab Saudi.
Negara-negara tersebut juga merupakan target ekspor Australia.
Sementara Argentina pengekspor daging dan sapi nomor 4 di dunia dengan pangsa pasar 10%. Sedangkan populasi sapinya mencapai 52,3 juta ekor, atau nomor 6 terbesar di dunia.
Begitu pula India, menurut Canfax Research pada Mei 2006, populasi sapi di India terbanyak di dunia, 280,5 juta ekor. Tahun depan, produksi daging sapi India diperkirakan sebanyak 2,5 juta ton untuk memenuhi permintaan dalam (kaum muslim) dan luar negeri.
India, pengekspor daging terbesar ke-5 di dunia, mengekspor ke lebih dari 64 negara. Menurut Counsellor Kedutaan Besar India, Manika Jain, negara tujuan utama ekspor daging India saat ini adalah Malaysia, Filipina, Iran, Yordania, Mauritius, Arab Saudi, dan Georgia.
India terus berupaya mencari pasar baru, termasuk ke Indonesia. Namun, lantaran India belum bebas PMK, keinginan merambah pasar Indonesia terus kandas. Namun, daging ilegal dari India sempat masuk ke negeri ini. Pada 2004 misalnya, sebanyak 22 kontainer berhasil digagalkan Bea Cukai.
Manika Jain menambahkan, untuk membebaskan India dari PMK, pemerintahnya terus menerus melakukan program vaksinasi dan memantau peternakan serta rumah pemotongan hewan. “Sebenarnya, di India terdapat dua zona bebas PMK, Uttar Pradesh dan Maharashtra yang luasnya seperti dua negara Eropa berukuran medium. Dari sinilah ekspor dilakukan,” katanya.
Kanada juga terus menjajaki pasar baru pascakasus BSE. The Canadian Beef Export Federation (CBEF) berencana meningkatkan jumlah ekspor daging sapi sekitar 1 juta ton tahun mendatang dengan mencari pasar-pasar baru di luar AS.
CBEF berpeluang besar masuk ke Jepang, Korsel, Meksiko, Hongkong, Taiwan, China, dan Asia Tenggara. Sebelum terjadi kasus BSE pada 2002, Kanada mengekspor daging sapi ke Indonesia sebanyak 604,00kg, senilai US$669.551.
Amerika yang mengalami oversuplai daging pun terus berusaha membuka pasar baru, termasuk Indonesia. Kelebihan pasokan itu terjadi akibat penolakan pasar daging terbesar Amerika di Jepang, Korea, dan Taiwan, setelah AS dilanda BSE.
Walaupun AS tertular BSE, menurut data USDA, tahun lalu Indonesia masih mengimpor daging (jeroan) dari sana. Kurun Januari—Juli 2005, Indonesia mengimpor 4.790 ton hati senilai US$4,3 juta, dan 94 ton lidah senilai US$94.312. Padahal kran impor dari zona bebas BSE baru dibuka tahun ini.