Senin, 9 Oktober 2006

KIPRAH ARTHA GRAHA DI PADI HIBRIDA

Rasidi, 52, dengan lancar menjawab pertanyaan Kol. (Inf) Bambang Gandi, Komandan Korem 043/Gatam. Petani di Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung, itu sedang menjelaskan padi hibrida GH-2 (Berenas Super) kualitas tiga (kemurnian  sekitar 60%). “Sampai sekarang belum pernah disemprot (pestisida),” kata Rasidi, di Kota Agung, Kamis, 31 Agustus lalu, yang rumahnya tidak jauh dari Kodim 0424/TGM.

Ia ingin mengatakan, padi hibrida itu tahan hama dan penyakit. Di lahan 6.000 m2, ia menanam GH-2. Memang di kabupaten ini ada program Tri Manunggal Pertanian kerjasama Artha Graha Peduli, Petrokimia, dan Kodim 0424/TGM.  “Mudah-mudahan pengembangan bibit hibrida ini berhasil,’’ kata Bambang, pada pidato HUT ke-6 Kodim.

Babay Chalimi, Presiden Direktur PT Sumber Alam Sutera (SAS), Group Artha Graha, yang memproduksi benih GH-2, berdiri di samping kiri Bambang saat meninjau sawah Rasidi. Panen padi hibrida di lahan Rasidi ini akan dilakukan 21 September ini. “Walau ini masih uji coba, nanti kita lihat, kalau hasilnya terbukti, petani diuntungkan,’’ kata Fauzan Sya’ie, Bupati Tanggamus, kepada AGRINA, saat ditemui di Kodim 0424/TGM.

Tentunya, tidak sulit bagi SAS memasarkan benih padi hibrida, baik GH-2 maupun GH-7. “Petani itu pandai menghitung,’’ kata Babay. Dari analisa usahis, laba per hektar padi GH-2 sekitar Rp10,47 juta. Bandingkan laba padi inbrida (bukan hibrida) yang Rp5,96 juta.

SAS bukan hanya melakukan uji coba di Lampung, tapi juga di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Tenggara, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Banten, dan daerah lainnya. “Keinginan masyarakat (petani) cukup tinggi,’’ kata Eryck Wowor. Tahun ini SAS akan memasarkan benih padi hibrida 100 ton. Tahun 2007 sekitar 500 ton.

Dalam mengembangkan benih padi hibrida ini, SAS bekerjasama dengan Guo Hao Seed Industries Co, Ltd. dari China. Selain itu, menurut Eryck, SAS juga menjalin kerjasama dengan Balitpa Sukamandi untuk mengembangkan padi hibrida rakitan di dalam negeri.

Selain itu, SAS juga akan bekerjasama dengan Yuan Longping International Hybrid Rice Development Co., Ltd., dari China untuk membangun hybrid centre. “Dia yang akan menyelidiki padi (hibrida) yang cocok untuk Indonesia,’’ kata Babay kepada AGRINA, dalam perjalanan dari Bandar Lampung ke Kota Agung, Lampung, Kamis, 31 Agustus lalu.

Tentu saja, Menteri Pertanian Anton Apriyantono, menyambut baik pengembangan benih padi hibrida ini. Dalam SMS (pesan singkat) yang dikirimkan ke Babay Chalimi, Menteri minta agar penjualan benih ini secara kredit. “Saya usul, nanti penjualan benih padi dengan petani diberikan secara kredit, bayar panen,’’ begitu SMS Anton kepada Babay.

Tapi, SAS butuh dukungan pemerintah, misalnya subsidi pupuk. Untuk benih dan pestisida, bisa disediakan SAS. “Benih, pupuk, dan pestisida kita kasih. Setelah panen, dipotong, berapa bagian dia (petani) dan berapa kita. Kita beli balik dia (petani) punya gabah. Kita punya bank (Bank Artha Graha) untuk membiayai hal ini,’’ kata Babay.

AGRINA

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain