Dinilai dari kebutuhan benih nasional, pasar benih tanaman pangan maupun hortikultura masih sangat menjanjikan. Untuk komoditas tanaman pangan yang terdiri dari padi, jagung, dan kedelai potensi pasarnya mencapai 445.271 ton, tetapi produksinya baru sekitar 151.800 ton.
Belum lagi kebutuhan benih hortikultura semisal sayuran semusim, seperti cabai, tomat, dan wortel yang kebutuhannya sekitar 11.096 ton, sangat kecil dibanding produksi benihnya yang hanya 1.401 ton.
Impor sekaligus Ekspor
Selisih angka yang cukup besar antara kebutuhan dan ketersediaan benih ini tentu membuka peluang tersendiri bagi industri perbenihan dalam negeri maupun eksportir benih. Saat ini terdapat tak kurang dari 12 perusahaan yang berkecimpung di bidang usaha produksi benih, baik nasional maupun multinasional.
Benih hortikultura memang belum sepenuhnya bisa diproduksi di dalam negeri sehingga terdapat beberapa perusahaan pengimpor benih. “Impor benih tetap diizinkan dengan syarat harus diproduksi di negeri dengan tujuan untuk memberi lapangan kerja di sektor pertanian dan mencegah lalu lintas hama,” ujar Dr. Achmad Suryana, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Deptan.
Namun, selain sebagai pengimpor benih, perusahaan juga mengekspor benih hortikulturanya ke mancanegara. Indonesia mengimpor benih tanaman buah semusim, sayuran, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka. Pada 2005, nilai ekspor benih sekitar US$4,8 juta, sedangkan nilai impornya mencapai US$6,8 juta.
“Walaupun ada ekspornya, misi utama kami adalah memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujar Atmadi Saleh, Managing Director PT East West Seed Indonesia di Purwakarta, Jabar. Ia menambahkankan, nilai ekspor PT EWSI hanya berkisar 5—19% saja.
Perusahaan ini memang lebih berkonsentrasi mengurus pasar lokal. Tak heran jika beberapa produk benihnya ada yang menguasai pasar sampai 80%, misalnya untuk benih tomat dan kacang panjang. “Bahkan dulu kami mengusai pasar benih cabai namun sekarang sudah tidak lagi karena persainganya sudah sangat tinggi,” ujarnya lagi.
PT Tanindo Subur Prima adalah salah satu pengimpor benih-benih hortikultura yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri. “Sebagai perusahaan lokal, kami inginnya tidak ada impor benih sehingga mengurangi persaingan,“ ujar Djunaidi Sungkono, Presiden Direktur PT TSP.
Namun menurutnya, petanilah yang paling dirugikan karena tidak bisa mendapatkan benih yang baik. “Jadi saya pikir, biarkanlah perusahaan benih bersaing dengan teknologi untuk menghasilkan varietas-varietas unggul,” katanya lagi. Dengan begitu, petani dapat menikmati hasil dari persaingan tersebut.
AGRINA