Sebagian besar terjalinnya kemitraan antara industri benih dan petani, hanya sebatas penggunaan lahan petani untuk percontohan. Namun ada juga perusahaan yang bermitra dengan petani dalam menghasilkan benih berkualitas unggulan.
Menurut Agus Setiyono, Sales Manager Indonesia – Malaysia, PT Seminis Vegetable Seeds Indonesia dan Febri Hendrayana, Product Evaluation Manager-Seeds, PT Syngenta Indonesia, kerjasama kemitraan yang terlaksana hanya sebatas uji coba benih di lahan milik petani. Petani dapat menyaksikan langsung kualitas dan hasil produksi yang dicapai varietas baru tersebut. “Jadi kemitraan secara permanen tidak ada, hanya sebatas pengenalan produk,” kata Agus.
Namun tidak demikian PT Tanindo Subur Prima di Surabaya. Menurut Djunaidi Sungkono, Presiden Direkturnya, perusahaan memproduksi benih dengan pola kemitraan secara permanen, baik perorangan maupun kelompok tani. “Program ini dilakukan karena tidak mempunyai lahan sendiri,” tuturnya kepada AGRINA.
Saat ini, dalam setahun Tanindo mampu menjalin kemitraan dengan 20.000 keluarga petani untuk menghasilkan benih sebanyak lebih dari 10.000 ton benih jagung. Model kemitraannya, perusahaan menyuplai material input karena memang harus memenuhi syarat-syarat benih bermutu. Produksi benih dari petani telah ditentukan harganya, dan ada pula yang harganya disesuaikan dengan harga pasar. Berhasilnya kemitraan ini, menurut dia, lantaran adanya nilai ekonomi bagi petani maupun perusahaan.
Hasil Kompetitif
Sementara di PT Bayer CropScience Indonesia, baru sekali menerapkannya. Sidi Asmono, Indonesia BioScience Manager, berencana melakukan kemitraan setiap tahun sekali, namun masih mencari format yang terbaik. Nantinya petani diharapkan menyediakan lahan dan tenaga. Sedangkan perusahaan menyiapkan teknologi. “Tentu untuk produksi benih itu kita berikan setelah terikat kontrak,” jelas Sidi.
Dengan bermitra diharapkan petani memperoleh nilai tambah dibandingkan usaha tani yang biasanya mereka lakukan. Perusahaan memperoleh benih, sementara petani mendapat kesejahteraan. “Yang paling penting hasilnya harus kompetitif, sehingga hasilnya pun berkualitas,” tegasnya.
Atmadi Saleh, Managing Director PT East West Seed Indonesia, mengatakan, pihaknya menjalin kemitraan dengan 3.500 petani di Jabar dan Jatim. Tahun lalu pembelian benih dari petani mencapai Rp20 miliar. Seorang petani mitra dengan lahan 1.000 m2 dapat ditanami 2.000 benih tomat. Tiap tanaman menghasilkan 2 gram, sedangkan harga benih yang dihasilkan Rp600.000—Rp800.000/kg. Jadi, petani itu mengantongi minimal Rp2,4 juta/musim.
Pola kemitraan ini sangat disarankan Sutarto Alimoeso, Dirjen Tanaman Pangan, Deptan. Pemerintah akan mendorong lagi industri benih dalam menjalin kemitraan. Petani diharapkan semakin banyak dilibatkan perannya dalam memproduksi benih yang bemutu tinggi.
Bagi perusahaan importir, sebelum benih diluncurkan ke pasaran dilakukan screening di lahan uji coba di Sukabumi dan Cianjur selama dua musim tanam. Jika hasilnya memenuhi standar kualitas, dilanjutkan dengan ujicoba pengenalan di tingkat petani untuk mendapatkan data terkait peluncuran varietas unggulan tersebut.
AGRINA