Meningkatnya kebutuhan minyak kelapa sawit dunia antara lain karena bertambahnya populasi penduduk dunia. Selain itu, kesadaran akan produk pangan sehat menjadi pemicu naiknya konsumsi sawit. Sejumlah ahli kesehatan menyatakan, minyak sawit mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang berkhasiat menurunkan kolesterol dalam darah. Penggunaan minyak sawit untuk keperluan bahan bakar alternatif (biodiesel) akhir-akhir ini semakin mempertajam kebutuhan dunia akan minyak nabati ini.
Kebutuhan Terus Meningkat
Minyak nabati sebagai salah satu bahan pangan dihasilkan dari sumber yang cukup beragam. Di antara 17 jenis minyak nabati dunia adalah kedelai, biji bunga matahari, jagung, biji lobak, kelapa sawit, jarak, kelapa, dan zaitun.
Produksi minyak nabati dunia pada 2005 mencapai 138,808 juta ton atau meningkat 4,01% dari tahun sebelumnya. Di sisi lain, konsumsi minyak nabati dunia pun meningkat. Pada tahun yang sama, kebutuhannya sebesar 138,1juta ton atau mengalami peningkatan 4,37%.
Kontribusi minyak nabati dunia dipasok oleh kedelai dan kelapa sawit. Pada 2005, masing-masing menyumbang 33,491 juta ton dan 33,491 juta ton, atau 47,91% dari total produksi minyak nabati dunia. Negara penghasil kedelai terbesar adalah AS, sedangkan kelapa sawit dihasilkan oleh Malaysia dan Indonesia yang mencapai 80% (29,1 juta ton) dari produksi kelapa sawit dunia.
Walaupun angka produksi global minyak kedelai dan minyak kelapa sawit relatif sama, namun angka pertumbuhan produksi sawit dua kali lipat dari minyak kedelai. Pertumbuhan produksi minyak kedelai selama 5 tahun adalah 4,87%. Sedangkan kelapa sawit mencapai 8,44%. Dengan angka itu, kelapa sawit berpotensi besar memasok kebutuhan minyak nabati dunia.
Terbesar untuk Minyak Goreng
Sebagai sumber minyak nabati, kelapa sawit banyak dibutuhkan oleh industri pangan, sabun, kosmetik, tekstil, dan sangat menjanjikan sebagai sumber energi terbarukan, yakni biodiesel. Minyak goreng adalah produk turunan kelapa sawit yang paling banyak dibutuhkan masyarakat Indonesia selain margarin, shortening, dan bahan campuran pada es krim, lemak roti, krim biskuit, cokelat, dan mi instan.
Produksi minyak goreng Indonesia pada 2005 sebesar 6,43 juta ton yang produksinya tersebar di Jawa (51,4%), Sumatera (47,6%), dan Kalimantan (1,1%). Minyak goreng curah (tanpa merk) meraup pangsa pasar terbesar (60%) dan sisanya adalah minyak goreng bermerk yang dikonsumsi kalangan menengah ke atas.
Konsumsi minyak goreng penduduk Indonesia pun terus meningkat. Tahun silam saja rata-rata konsumsi per kapitanya 16,5 kg. Tak heran jika produksi minyak goreng hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Meskipun kini banyak beredar minyak masak dari bahan nabati lain, seperti minyak jagung, minyak bunga matahari, atau campuran keduanya dengan minyak kelapa sawit, tapi tampaknya konsumen di Indonesia lebih memilih minyak goreng berbahan baku crude palm oil (CPO) alias minyak sawit mentah. Pertimbangannya, harganya lebih terjangkau dan distribusinya luas, sehingga mudah didapat.
AGRINA