Sementara itu, pada Oktober mendatang masa panen diperkirakan sudah habis. Selain kebijakan impor itu sendiri yang juga selalu menjadi sorotan adalah mekanismenya.
Sekretaris Badan Urusan Logistik (Bulog), Dedi Supriyatna ketika dikonfirmasi via telepon, Selasa (5/9) pagi ini. Ia mengatakan, pada September mendatang di sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami panen padi, diantaranya di wilayah Jawa dan Sulawesi, namun harga beras tetap tinggi.
Menurutnya, alasan pemerintah tetap akan mengimpor beras adalah karena kebijakan pemerintah terutama mengenai stok nasional yang harus tercukupi yaitu sekitar 700 ton hingga 1,2 juta ton beras.
Disinggung mengenai pada rakor perberasan Agustus lalu disimpulkan bahwa stok beras masyarakat cukup, Dedi menjelaskan, stok beras di masyarakat tidak dapat diprediksi banyaknya. Pasalnya tidak ada survei yang mengetahui persis stok beras di masyarakat. Namun stok bulog atau stok pemerintah itu yang harus diisi.
Ia menuturkan, jika bulog harus membeli stok di masyarakat dengan harga diatas harga patokan maka akan merangsang harga beras di pasaran mengalami peningkatan. Sementara inflasi masyarakat perkotaan yang memerlukan beras dengan harga terjangkau tersebut banyak yang merasa keberatan.
Dedi mengungkapkan, sepanjang tahun 2006 ini harga beras atau gabah yang beredar di masyarakat atau petani itu diatas harga patokan pemerintah. Namun ia mempersilakan jika pemerintah ingin memberikan tambahan subsidi.
"Harga yang sekarang yang beredar di tingkat produsen itu diatas Rp 3.550 dan perubahan-perubahan subsidi itu juga harus merubah APBN," tambah Dedi. (dir)
Sumber : Elshinta