Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) di antara kedua lembaga tersebut dilakukan di fakultas Kedokteran Hewan IPB oleh Dekan Fakultas Hewan IPB, Dr.drh.Heru Setijanto, dan Chief Operating Officer Temasek Singapura, Dr.tan Kok Ken, Rabu.
Salah seorang Peneliti Utama IPB, Dr.drh. I wayan Teguh Wibawan, mangatakan bahwa alat yang nantinya akan berbentuk seperti alat tes kehamilan itu bisa digunakan untuk mendiagnosis virus flu burung (H5N1) secara cepat dan akurat, baik untuk hewan maupun manusia.
Selama ini, kata Wayan, tingkat kematian akibat flu burung di Indonesia masih tinggi,karena lemahnya deteksi awal.
Wayan menjelaskan, seharusnya deteksi dini flu burung tidak lebih dari 48 jam, karena lebih dari waktu tersebut akan membahayakan penderita, selain obat yang diberikan
Sebelum penandatanganan MoU, kedua belah pihak telah melakukan penelitian awal terlebih dahulu, dan kini mengembangkan vektor vaksin dengan 50 jenis virus yang berasal dari H5N1 lokal.
"Untuk menghindari tidak jalannya penelitian, maka kami berinisiatif untuk melakukan penelitian terlebih dahulu, setelah itu di pertengahan penelitian kami menandatangani kesepakatan bersama," jelas Wayan.
Kerjasama itu, menurut dia, diharapkan tidak hanya menguntungkan pihak Indonesia, namun juga memberikan kontribusi bagi penanganan penyebaran flu burung di seluruh belahan dunia.
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB, Heru Setijanto, menambahkan, alat tersebut akan dibuat secara massal, sehingga harganya terlalu mahal, tetapi keakuratannya tetap terjaga.