Jumat, 4 Agustus 2006

Peternakan Indonesia Masih Terseok-Seok

Banyak produk pertanian, yang bisa diproduksi di Indonesia, akhirnya harus diimpor untuk memenuhi permintaan di Tanah Air. Garam, jagung, buah-buahan, bahkan beras dan gula. Pada April 2006, impor buah Indonesia masih mencapai 49.000 ton dan pada Mei lalu mencapai 35.000 ton.

Begitu pun untuk urusan daging, misalnya, hampir semua orang sepakat, Indonesia hingga kini belum mandiri. Menyitir pernyataan Sekretaris Jendral DPP Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana, terungkap fakta hingga saat ini 30% dari kebutuhan sapi hidup (1,7 juta ekor) masih diimpor, dari Australia dan Selandia Baru.

Untuk sapi bakalan, angka impornya 350.000 ekor per tahun ditambah impor daging 50.000 ton per tahun. Apabila kedua itu dijumlahkan-impor daging [dikonversi ke sapi bakalan sekitar 150 ekor] plus sapi bakalan-maka total impor setara 500.000 ekor sapi per tahun.

"Khusus untuk memenuhi kebutuhan daging sapi, kita masih mengimpor 50.000 ton daging, bayangkan, dan 400.000 ekor sapi setiap tahunnya dari negara lain," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Desa Doroncongan, Kab. Dompu, NTB, 4 April 2006.

Kontribusi peternakan pada PDB pertanian & nasional (%)
Triwulan Terhadap PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Nasional
Berdasarkan
Harga
Berlaku
Berdasarkan
Harga Konstan
2000
Berdasarkan
Harga
Berlaku
Berdasarkan
Harga Konstan
2000
Triwulan I/ 2004 12,19 12,92 1,93 2,02
Triwulan II/2004 11,64 12,02 1,79 1,89
TriwulanIII/2004 11,44 11,64 1,74 1,86
TriwulanIV/2004 14,09 14,89 1,70 1,88
Triwulan I/ 2005 11.70 12,61 1,70 1,88
Triwulan II/2005 11,30 12,14 1,57 1,82
TriwulanIV/2005 10,89 11,80 1,55 1,83
TriwulanIV/2005 13,57 15,08 1,51 1,92
Triwulan I/ 2006 11,11 12,78 1,48 1,89
Rata - Rata 11,99 12,88 1,66 1,89
Sumber: BPS 2006, diolah

Neraca ekspor

Kenyataan itu juga terlihat dari neraca ekspor-impor daging kita. Total nilai impor komoditas peternakan pada Januari 2006 mengalami peningkatan 3,87% jika dibandingkan Desember 2005. Peningkatan ini terutama dari kelompok ternak 8,69% dan kelompok hasil ternak pangan 10,74%.

Sementara total nilai ekspor pada Januari 2006 mengalami penurunan 37,91% dibandingkan dengan Desember 2005. Penurunan ini terutama dari kelompok hasil ternak pangan sebesar 38,77%, hasil ternak nonpangan 42,78% dan kelompok obat hewan 57,52%. Kelompok komoditas peternakan yang mengalami peningkatan terutama dari kelompok ternak 114,86% dan pakan hewan.

Terlihat, neraca ekspor-impor pada periode Januari 2006 mengalami defisit US$69,97 juta atau naik 7,60% dibandingkan periode yang sama pada 2005 yaitu US$65,02 juta. Defisit neraca ekspor-impor terjadi penurunan pada ternak 26,84%, hasil ternak nonpangan 266,17% dan pakan hewan 10,66%, hasil ternak pangan 27,10%.

Teguh Boediyana mengatakan hal utama yang perlu secepatnya dilakukan pemerintah adalah menekan angka pemotongan sapi betina usia produktif, sehingga jumlah populasi sapi nasional dapat terdongkrak. "Saat ini, terdapat 160.000 ekor sampai 200.000 ekor sapi betina usia produktif dipotong setiap tahunnya."

Tak heran, hingga kini, rencana pemerintah yang sejak 2001 untuk menciptakan swasembda daging pada 2005, akhirnya gagal dicapai. Kini, target swasembada daging mundur hingga 2010. Itu artinya Indonesia hingga kini masih membutuhkan pasokan daging atau ternak dari impor. Jadi, subsektor peternakan kita belum sepenuhnya mantap.

Usaha rakyat

Pada saat ini Indonesia mengalami defisit sekitar 600.000 ekor sapi potong konsumsi yang terpaksa diimpor dalam bentuk sapi bakalan, sapi potong, daging beku dan jeroan. Pada kenyataannya, industri penggemukan sapi yang berkembang adalah usaha swasta dengan menggunakan sapi bakalan impor.

Kita masih dihadapkan pada persoalan serba kekurangan. Tapi, kita harus menghindari berulangnya pertikaian antar pemerinah dan pengusaha.

Tidak lama kemudian, dilanjutkan dengan perselisihan antara pemerintah dengan para importir paha ayam dari AS, perselisihan dengan pengusaha pabrik pakan atas larangan impor 60.000 ton jagung dari Argentina yang juga sudah berada di Tanjung Priok, serta perselisihan antara pemerintah daerah dengan para pengusaha dan pedagang hasil ternak atas penarikan beberapa retribusi.

Pada akhir 2001 terjadi perselisihan antara pemerintah pusat dengan pengusaha feedlot berkenaan dengan PPN 10% terhadap impor 60.000 sapi bakalan yang ditahan bea cukai.

Sumber: Bisnis Indonesia

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain