Rochadi Tawaf, Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) mengatakan sistem tersebut memungkinkan impor sapi dilakukan dari zona negara yang belum terbebas penyakit mulut dan kuku (PMK) dan sapi gila (mad cow).
Dia menjelaskan sistem tersebut rawan dimanfaatkan pihak tidak bertanggungjawab dalam memalsukan dokumen asal-usul daerah sapi yang akan dikonsumsi di Indonesia.
"Kami berkeyakinan sistem regional yang diterapkan pemerintah saat ini tetap lebih baik. Sebab negara yang terkena PMK sama sekali tidak bisa mengimpor sekalipun satu-dua wilayah di dalamya terbebas penyakit", katanya kepada Bisnis, kemarin.
Dia menjelaskan kesehatan masyarakat Jabar akan terancam apabila sistem itu diterapkan karena 30.000 ton atau 60% dari konsumsi daging di Jabar setiap tahunnya berasal dari daging impor.
Menurutnya, impor saat ini berasal dari Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru atau berasal dari negara yang memiliki jejak rekam yang baik di mata FAO (Food & Agriculture Organization) dalam kesehatan hewan.
Akademisi Fakultas Peternakan Unpad itu mengatakan pemerintah harus tetap memprioritaskan negara yang benar-benar aman dan jangan pernah mengambil resiko mengimpor daging dari wilayah aman di negara yang jejak rekamnya tidak baik.
"[Pemerintah] Harus hati-hati. Kalau berani impor daging dari negara yang kurang bagus seperti Malaysia dan India, itu efeknya pada ekonomi Indonesia akan dahsyat. Impor daging berpenyakit juga sama dengan bio-terorism", katanya.
Rochadi menambahkan sistem zoning bisa mematikan pariwisata Indonesia. Sebab wisatawan mancanegara yang memakan daging tidak sehat harus dikarantina saat kembali ke negaranya.
Pemerintah, sambungnya, harus memikirkan nasib peternak lokal Jabar yang masih terpuruk karena produksi sapi potong di Jabar hanya 40.000 ekor per tahunnya atau 15% dari kebutuhan 300.000 ekor.
Dia mengungkapkan sistem zoning akan makin memperpuruk nasib mereka karena impor yang sembarangan bisa mencemari citra dari kualitas sapi peternak Jabar yang selama ini bebas penyakit. (dj)
Sumber : Bisnis Indonesia