Malang, Kompas – para petani di beberapa provinsi menyiasati kekeringan dengan berbagai cara. Sebagian petani di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengahmenggunakan air got (selokan) untuk menyiram sawah, sementara petani di Malang, Jawa Timur, menggunakan sistem pengairan bergilir untuk areal swah mereka.
“Selama dua bulan ini kami antre mendapatkan jatah air untuk pertanian, sekali seminggu,” ujar Gari Sujarwo, petani di Desa Pandanrejo, Kecamatan Wagir. Sujarwo mengatakan, jatah air ini didapatkan dengan lebih dulu mendaftarkan diri ke mantri atau aparat desa yang bertugas mengatur pembagian air.
Pemompaan:
Upaya membantu para petani keluar dari kesulitan diutarakan Deputi II Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Pertanian, Perikanan, dan Kelautan Bayu Krisnamurti. Ia mengatakan, pemerintah memfokuskan pemulihan masalah kekeringan ini kepada para petani yang paling sulit mendapatkan sumber air.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah mengkonfirmasi ulang data luas lahan yang dilanda kekeringan. Data itu amsih dikumpulkan dan diharapkan terhimpun di Kantor Menteri Koordinator Perekonomian pada tanggal 17 Juli 2006.
Solusi yang bisa dilakukan adalah merealisasikan pembangunan Bendungan Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Bendungan itu dapat menampung 650 juta meter kubik air.
“Daerah yang mengalami kekeringan memang direkomendasikan untuk tidak ditanami pada musim kemarau sehingga tak mempengaruhi produksi secara signifikan,” ujar Asep di Kecamatan Ciasem, kabupaten Subang.
Ia menambahkan, hingga saat ini realisasi produksi gabah kering giling di Jawa Barat sudah mencapai 5,5 juta ton. Dengan kondisi seperti sekarang, katanya menambahkan, target sebesar 9,6 juta ton diperkirakan tercapai hingga akhir 2006 ini.