"100 hektare tanah yang merupakan perkebunan produksi itu, terbagi empat
lokasi di antaranya 50 hektare di Cilacap, 25 hektare di robogan, dan sisanya 25 hektare
di Blora," kata Kepala Dinas Perkebunan Jateng, Siswanto di Semarang.
Siswanto memperkirakan tanaman jarak dari Jateng akan mampu memproduksi minimal enam ton glondong basah per hektare dan jika dirata-rata mencapai 36 persen dari
total glondong basah per hektare.
"Seluruh hasil produksi tersebut masih bahan mentah untuk bioenergi. Jika jarak akan diolah menjadi solar. Kami masih menyelidiki penggunaanya dan dimungkinkan jika di daerah Cilacap akan dimanfaatkan oleh nelayan sebagai pengganti solar,"katanya.