Ketua HKTI Jabar Rudi Gunawan mengatakan kekeringan umumnya terjadi di daerah pantura Jabar seperti Kuningan, Indramayu, dan Majalengka serta Jabar Selatan a.l Garut dan Tasik.
Menurut dia, indikator kekeringan terlihat pada suhu Jabar sekarang yakni rata-rata di atas 27 derajat celcius dengan aliran air dari irigasi ke lahan tanaman pangan yang tidak lagi deras.
"Kalau suhu makin panas tapi irigasi tidak dikelola dengan baik, aliran air akan hilang. Lahan pun kering dan tanaman pasti mati. Kalau sudah begini, petani terpaksa harus re-planting," katanya kepada Bisnis kemarin.
Dia mengatakan sebagian irigasi di lahan pertanian Jabar kurang optimal akibat pengaruh konversi lahan kepada areal pemukiman, seperti misalnya irigasi di Karawang yang sudah rusak karena sebagian jalurnya dijadikan pabrik.
Petani, sambungnya, harus bekerja keras dan bersama-sama memastikan aliran air dari irigasi tetap lancar saat musim kemarau ini agar terhindar resiko membeli kembali benih tanaman dan panen yang terlambat.
Menurutnya, ancaman penanaman ulang akibat kekeringan adalah masalah laten dan akan terus berulang setiap tahunnya apabila pemerintah daerah tidak memilki komitmen dalam menjaga keutuhan areal pertanian.
HKTI menilai sekalipun dilanda kekeringan, resiko kegagalan panen masih bisa diantisipasi sekitar 3,2 juta anggotanya melalui kerjasama sesama anggota dalam pengelolaan irigasi yang masih solid dan terkoordinir.
Sumber: Bisnis Indonesia