Persoalan serupa muncul pula di Konferensi Internasional Kelapa Sawit (International Oil Palm Conference/IOPC) yang digelar Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) di Nusa Dua Bali, selama empat hari yang berakhir kemarin. Pertemuan empat tahunan stakeholders kelapa sawit dunia itu menghasilkan sejumlah pemikiran untuk masa depan perkelapasawitan, di antaranya persoalan isu lingkungan.
Wapres Jusuf Kalla ketika membuka acara ini mengatakan pentingnya pengembangan kelapa sawit yang berkelanjutan dengan memperhatikan aspek sumber daya alam di antaranya keragaman hayati, konservasi dan preservasi lingkungan. Pemanfaatan areal bekas tebangan hutan yang sudah rusak dan lahan kritis merupakan cara bijak dalam pengembangan kelapa sawit, tanpa harus merusak hutan alam tropis primer.
Sementara itu, pesatnya permintaan kelapa sawit yang dipicu meningkatnya permintaan CPO untuk pangan dan energi (food and fuel) membuat Indonesia sebagai negara yang memiliki ketersediaan lahan berambisi menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia melampaui Malaysia. Tahun depan, seiring perluasan areal lahan tanam kelapa sawit ke Kalimantan, Sulawesi dan Papua, produksinya diperkirakan melampaui produksi Malaysia.
Tanggungan rakyat
Meningkatnya harga minyak dunia membuat banyak orang menoleh pada berbagai sumber energi non-fosil yang terbarukan dan ramah lingkungan. Salah satu sumber energi tersebut adalah biodiesel yang berbasis minyak kelapa sawit. Sebagai negara pengimpor solar, substitusi ini dapat menghemat devisa dan memindahkan subsidi solar Pemerintah Indonesia dari yang sebelumnya yang diterima pengusaha negara lain (karena pemerintah membeli solar impor dengan harga tinggi) menjadi tanggungan rakyat Indonesia.
Hasil perhitungan menunjukkan jika biodiesel minyak sawit ditargetkan untuk mensubstitusi solar impor yang lebih dari 10 juta ton/tahun dan menjaga agar supply CPO untuk kebutuhan pangan dan sebagian untuk ekspor tidak terganggu, maka diperlukan perluasan areal kelapa sawit yang cukup besar.
Ema Sukarelawanto
sumber: Bisnis Indonesia