Foto: Dok. Nandang
Budidaya cabai pada musim kemarau perlu penanganan ekstra
Dampak El Nino di sebagian daerah Indonesia masih akan terasa hingga awal tahun depan. Perlu cara budidaya yang sesuai agar hasil tetap optimal.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dari 699 zona musim (ZOM) di Indonesia, baru 255 ZOM (36,48%) memasuki musim penghujan November ini.Yang benar-benar sudah mengalami musim penghujan baru 50 ZOM. Artinya, sampai saat naskah ini diturunkan, 455 ZOM masih banyak wilayah Indonesia yang berada dalam cekaman kemarau karena musim penghujannya mundur.
Pada musim kemarau normal, biasanya produksi cabai bagus. Namun, lantaran tahun ini kemarau cukup ekstrem banyak petani tidak bertanam cabai sehingga pasokan sedikit. Tak pelak harganya bikin kantong konsumen tersengat, semua jenis cabai mahal. Sementara kebutuhan pelaku usaha kuliner pedas tetap banyak dan kualifikasinya tak rumit: berwarna merah terang, segar, dan tampilan bagus.
Lantas, bagaimana cara petani-petani yang sukses bertanam saat El Nino melanda?
Pemilihan Benih yang Pas
Menurut Yudi Kudiarto, Marketing Manager PT Tani Murni Indonesia, petani perlu memilih benih tahan terhadap kekeringan.“Pilih varietas tepat saat musim kering panjang atau El Nino,seperti varietas perakaran kuat bisa memaksimalkan pasokan air yang sedikit,” terang pria kelahiran Kudus, 26 Mei 1973 ini saat dihubungi AGRINA (2/11).
Senada dengan Yudi, Nandang, petani cabai di Desa Budiharja, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jabar, pemilihan benih harus tepat yang dapat ditanam saat kemarau sehingga hasil tetap maksimal. Kemarau panjang ini mengakibatkan debit air Sungai Citarum blok Waduk Saguling di Bandung Barat menyusut.
“Kelompok Tani Padaringan hanya empat orang tanam cabai, biasanya penuh di sekitaran bantaran Saguling. Petani tidak mau tanam cabai karena risiko gagal panen. Populasi tanam menurun drastis atau berkisar 20% yang bisa tanam. Saya paksakan tanam di kondisi suhu ektrem karena harga lagi bagus,” terang Nandang.
Menurut Direktur Perlindungan Hortikultura, Ditjen Hortikultura, Jekvy Hendra, saat ini pengaruh El Nino tidak seberat Agustus-September silam. Namun begitu, kekeringan mengganggu pertumbuhan tanamandan perlu antisipasi karena serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) akan meningkat. “Ini merupakan persoalan tersendiri, perlu langkah tepat dan hati-hati agar ledakan hama dan penyakit tidak terlalu tinggi,” jelasnya saat ditemui AGRINA (10/11).
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 353 terbit November 2023 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.