Foto: Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan
Hasil budidaya benih bawang merah TSS Maserati memiliki tampilan warna umbi merah merona dan mengkilap
Cilacap (AGRINA-ONLINE.COM) - Bawang merah merupakan komoditas strategis yang bernilai ekonomi tinggi serta tidak dapat disubstitusi dengan komoditas lain. Kebutuhannya sangat berpengaruh pada inflasi dan perekonomian nasional. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan menyampaikan bahwa komoditas pangan nasional harus dijaga ketersediaanya sehingga dibutuhkan langkah konkret dan terobosan di lapangan.
Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto menjelaskan terdapat tiga langkah strategis kebijakan operasional hortikultura terdiri dari Pengembangan Kampung Hortikultura, Penumbuhan UMKM dan Modernisasi Pertanian.
“Kendala utama produksi bawang merah terfokus pada cuaca. Di mana produksi berkurang pada musim hujan yang menyebabkan harga tinggi dan berlebihan di musim kemarau yang mengakibatkan harga jatuh. Petani enggan menanam di musim kering sehingga diharapkan petani dapat melakukan usaha tani di musim kering dengan pola tanam off season,” ujarnya, Jumat (8/9).
Bawang merah, lanjut Prihasto, umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan umbi sebagai penanaman bawang merah.
“Permasalahan metode budidaya bawang merah umbi adalah harga umbi mahal, biaya transportasi tinggi, dapat menularkan penyakit ke generasi berikutnya, memiliki umur simpan yang pendek,” terangnya.
Di lokasi yang sama Direktur Perlindungan Hortikultura, Jekvy Hendra menjelaskan bahwa budidaya tanaman sehat menjadi salah satu aspek penting untuk implementasikan di lapangan.
“Budidaya tanaman sehat merupakan metode budidaya yang diadopsi dari salah satu prinsip pengendalian hama terpadu di mana dalam membudidayakan tanamannya memadukan semua teknologi budidaya berbasis ramah lingkungan sehingga dihasilkan tanaman yang sehat, lingkungan yang lestari dan produk yang aman konsumsi,” ujar Jekvy.
Dirinya menerangkan, pada 2023 tengah dilaksanakan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) sebanyak 120 kelompok yang tersebar di Wilayah Timur dan Wilayah Barat. Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi yang menjadi fokus dalam pendampingan budidaya hortikultura ramah lingkungan.
Ketua Kelompok Tani Rejeki Lancar asal Desa Karanganyar, Kecamatan Adipala, Tasilan menjelaskan bahwa kelompok taninya telah melakukan pengembangan kampung bawang merah benih TSS dengan luasan potensial sekitar 2 hektare.
“Varietas yang kami kembangkan adalah Maserati. Persemaian hama dilakukan selama 45 hari, melalui proses pembuatan guludan dengan mencangkul tanah dengan ketinggian 50 cm. Setelah itu diletakkan waring (jaring halus dari plastik) dan di atasnya ditambahkan tanah setinggi 20 cm dan abu sekam. Setelah itu dibuat garis lajur pada guludan kemudian ditaburkan benih bawang merah TSS lalu ditutup trichokompos. Setelah 45 hari, benih kemudian dipindah tanamkan ke guludan baru. Dengan sistem waring, proses pindah tanam benih bawang merah TSS menjadi lebih mudah dan akar tidak rusak sehingga tanaman tidak mudah stress setelah proses pindah tanam,” paparnya.
Tasilan mengungkapkan bahwa hasil budidaya benih bawang merah TSS Maserati memiliki tampilan warna umbi merah merona dan mengkilap.
“Produksi yang dihasilkan per hektare dapat mencapai lebih dari 15 ton. Kebutuhan benihnya sebesar 4 kg per hektare, dengan harga Rp 4 juta per kilogramnya. Budidaya bawang merah dengan benih TSS ini lebih murah, lebih tahan OPT dan kualitas umbi yang dihasilkan sangat bagus,” pungkasnya.
Sabrina Yuniawati