Sabtu, 12 Agustus 2023

Ini Variteas Unggul Jagung yang Dinanti!

Ini Variteas Unggul Jagung yang Dinanti!

Foto: Bayer
Stacy Markovich (kedua dari kanan), panen perdana jagung biotek di NTB meningkatkan pendapatan petani hingga 30%

Benih biotek terbukti meningkatkan produksi jagung dan pendapatan petani.
 
Penanaman jagung bioteknologi yang diizinkan pemerintah jadi angin segar bagi para pelaku agribisnis jagung dan unggas. Pasalnya, benih jagung hasil produk rekayasa genetik (PRG) itu berpotensi meningkatkan produksi jagung nasional sehingga mendukung kontinuitas suplai dan stabilitas harga jagung untuk memenuhi kebutuhan industri perunggasan Tanah Air.
 
 
Jagung Biotek
 
Tahun 2022 Kementerian Pertanian (Kementan) berturut-turut merilis varietas jagung PRG alias biotek yang telah dinanti puluhan tahun oleh para petani. Jagung biotek tersebut di antaranya varietas NK212-GA21, NK7328-GA21, dan NK6172-GA21 milik PT Syngenta Indonesia serta DK 95-NK603 dari PT Bayer Indonesia.
 
Imam Sujono, Seed Marketing Head Syngenta menjelaskan, para petani menunggu-nunggu kehadiran benih jagung biotek di lapang karena mudah perawatannya dan tahan hama penggerek batang.
 
”Kalau petani sudah diberikan (sampel) dan pelatihan di sekolah lapang. Mereka menunggu kapan kita jual karena kelebihannya mudah, itu tahan penggerek batang,” katanya kepada AGRINA.
 
Sebagai percontohan, jagung biotek sudah ditanam di Jatim. Setiap petani diberi 2 kg benih untuk ditanam di lahannya dan diajarkan cara tanamnya. “Ini umur tanam awal Juni, bisa jadi 30-60 hari umur tanamannya. Paling besar kita tanam di PENAS Padang, umur paling tua,” tukasnya.
 
Menurut Imam, tidak ada yang berubah dari jagung biotek dibandingkan tanaman sebelumnya. Hanya, kelebihannya ada tambahan herbisida glifosat dan tahan hama pengerek batang. Glifosat berfungsi mengendalikan gulma yang mengganggu tanaman jagung. Jagung yang tahan glifosat tidak akan ikut mati saat penyemprotan gulma.
 
“Jadi, petani memudahkan dalam budidaya, tidak harus 7-10 atau maksimal 15 HST (hari setelah tanam) harus semprot. Ada keperluan lain, ada hajatan, mau 20 HST semprot tidak apa-apa,” ucapnya.
 
Berdasarkan hasil percontohan tanam, ulas Imam, biaya produksi jagung biotek lebih rendah daripada jagung konvensional. ”Hemat Rp600 ribu/ha. Hemat di herbisida dan pestisida karena tidak perlu lagi semprot untuk ulat itu. Kemudian, hasil naik 10%.Memang tergantung penggerek batang,tinggi-banyak penyebarannya maka akan meningkat sampai 30%,tergantung di mana kita pilih daerah yang serangan pengerek batang tinggi,” urainya. Benih jagung biotek ini rencananya akan dipasarkan tahun depan.
 
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 350 terbit Agustus 2023 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain