Foto: Agung Prasetyo
Tanaman cabai yang terserang virus kuning menyebabkan tanaman kerdil dan tidak berbuah
Menerapkan budidaya sesuai SOP dapat menekan biaya produksi.
Keberhasilan program kemitraan tertutup (closed loop) cabai terletak pada penerapan budidaya yang baik dan benar (Good Agricultural Practices, GAP) sesuai Standard Operational Procedure(SOP). Pasalnya, inti program closed loop adalah peningkatan produktivitas melalui GAP sehingga hasil produksi petani sesuai permintaan pasar.
Mitra Budidaya
Menurut Muhamad Ridwan, pengelola Koperasi EPTILU Membangun Indonesia, petani yang terlibat closed loopharus mengikuti SOP yang sudah ditentukan. Ridwan mencontohkan, petani mitra tidak perlu lagi menyemai cabai. Pasalnya, penyemaian butuhwaktu cukup lama, kurang lebih 40 hari. Proses semai juga memiliki risiko gagal tumbuh.
“Proses tanpa semai ini supaya produksi petani bisa lebih cepat. Petani tinggal PO (purchase order) ke EPTILU,butuh bibit cabai 20 ribu untuk 1 ha, bibit siap tanam. Jadi, lebih cepat, mudah, dan serempak. Sedangkan, petani tidak bermitra biasanya petani semai 20 ribu, yang tumbuh hanya 17 ribu, sisanya gagal tumbuh,” terangnya saat dihubungi AGRINA (31/7).
Program closed loop, lanjutnya, punya kelebihan karena melibatkan multistakeholder seperti perusahaan benih, pupuk, dan pestisida yang memberi pendampingan budidaya sesuai GAP.
“Petani didampingi dalam penggunaan pupuk sesuai SOP, diajarkan cara menanggulangi Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan penggunaan pestisida yang tepat dosis dan sasaran. Sehingga, aplikasi ke tanaman lebih efektif, tidak meningkatkan residu. Inilah perbedaan bermitra dan tidak,” tegasnya.
Dengan begitu, petani dapat menekan biaya produksi. Biasanya petani kurang bijak dalam penggunaan pestisida sehingga biaya produksi meningkat.
Hal serupa dirasakan Iqbal Habibi. Ketua Koperasi Tani Mandiri Sejahtera itu bergabung dalam closed loop cabai di Sukabumi, Jabar pada 2021.
Ia mengatakan, kemitraan ini sangat berdampak positif untuk petani setempat karena mendapat pendampingan budidaya secara intensif.
Petani tidak lagi berlebihan dalam menggunakan pupuk ataupun pestisida karena punya SOP yang jelas. “Pendampingan ini sangat bagus sekali agar petani lebih baik lagi dalam berbudidaya,” kata Iqbal.
Budidaya ala Closed loop
Dalam budidaya cabai, Ridwan merinci, saat olah lahan berikan pupuk kandang kurang lebih 10 ton/ha, pupuk organik cair 20 ton/ha, dan 400 kg pupuk KCl. Tambahkan dolomit 2 ton/ha jika pH tanah di bawah 6. Selanjutnya, buat bedengan, pasang plastik mulsa, dan tunggu sampai 1 minggu atau 10 hari agar pupuk tercampur sempurna. Lalu, lubangi mulsa yang telah terpasang dengan jarak tanam 60 x 70 cm.
Dalam memilih benih, petani mitra menggunakan benih lokal dan benih milik produsen mitra closed loop. Untukpemupukan, sambung Ridwan, ada beberapa fase, yaitu awal, pertumbuhan, pembungaan, pembuahan, dan panen. Di fase awal umur, 0 – 14 hari setelah tanam (HST), berikan pupuk NPK berimbang 16:16:16 dengan dosis 2 – 4 kg/200 l air/ha. Tambahkan insektisida berbahan aktif lamda sihalotrin dan tiametoksam sekitar 0,2 – 0,4 ml/l air untuk mencegah serangan OPT.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 350 terbit Agustus 2023 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.