Foto: BPN
Gambaran pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia
Membangun budaya masyarakat mengonsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA).
Stabilisasi dan ketersediaan pangan nasional harus ditopang oleh ekosistem pangan yang kuat serta kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi pangan beragam agar tidak tergantung pada satu makanan pokok (karbohidrat) saja. Badan Pangan Nasional/Nasional Food Agency (NFA) telah meluncurkan gerakan pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA). Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi mengatakan, peluncuran B2SA dilaksanakan bertepatan dengan momentum hari ulang tahun ke-1 NFA.
“Dipilihnya hari spesial ini menunjukkan komitmen NFA untuk berperan aktif tidak hanya mewujudkan stabilitasdan ketersediaan pangan, melainkan turut serta dalam membangun budaya masyarakat mengonsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman atau yang selanjutnya akan kita kampanyekan dengan Pangan B2SA,” ungkapnya saat peluncuran B2SA Agustus lalu di Kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta. Seperti apakah kampanye NFA untuk mengubah isi piring lebih beragam kepada masyarakat?
Tiga Prioritas
Lembaga baru telah dibentuk oleh Presiden yaitu NFA berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 66/2021. NFA merupakan lembaga pemerintah yang berada di bawah dan tanggung jawab Presiden dalam pelaksanaan urusan pangan untuk menciptakan kedaulatan pangan, ketahanan pangan, dan kemandirian pangan bagi negara.
Arief menjelaskan, program prioritas utama NFA ada 3 yaitu pertama, menjaga stabilisasi harga, ketersediaan stok,dan pemenuhan pangan. Kedua, penurunan kerawanan pangan, gizi buruk,dan stunting. Ketiga, keanekaragaman konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) dan keamanan pangan. Dalam tiga program tersebut ada yang paling menarik untuk dibahas lebih dalam yaitu B2SA.
B2SA merupakan gerakan masyarakat menerapkan menu makanan beragam dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi dengan memanfaatkan pangan sumber daya lokal. NFA bekerja sama dengan Indonesian Chef Association (ICA) dalam rangka mendorong para pelaku kuliner lebih mengedepankan penggunaan bahan pangan lokal dalam hidanganya serta menggandeng Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk menghidangkan berbagai hidangan seperti satu porsi ada makanan pokok (karbohidrat), sayuran, lauk-pauk dan buah.
“NFA melakukan kampanye makan enak, makan sehat, makan B2SA. Kita buat billboard-nya juga ada 3 di jalan utama. Jadi, kampanye-kampanye ini diperlukan kepada masyarakat,” jelas pria yang sebelumnya menjabat sebagai Dirut PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) inikepada AGRINA.
Latar Belakang B2SA
Pria kelahiran 27 November ini menerangkan, gerakan B2SA dilatarbelakangi komitmen NFA untuk mengembangkan keanekaragaman pangan, mengingat berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH) 2021, skor PPH Indonesia masih berada di angka rendah, yaitu 87,2 dari target 91,2. Terlebih, bahan pangan yang dikonsumsi itu 60,1% nya adalah padi-padian, 12,8% minyak dan lemak, 11,6% pangan hewani, dan hanya 5% sayur dan buah.
Hal tersebut menunjukkan kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia masih belum beragam, seimbang, dan bergizi. Apalagi, Arief menambahkan, angka konsumsi karbohidrat masyarakat Indoensia sudah jauh dari cukup, mencapai 102,1%. Sehingga, dibutuhkan kampanye masif penganekaragaman pangan yang sehat dan aman selain sumber karbohidrat.
Gerakan penganekaragaman konsumsi pangan B2SA merupakan pola pangan harapan yang artinya masyarakat dapat mengonsumsi aneka ragam pangan lokal sekaligus menjaga gizi seimbang. “Melalui gerakan Pangan B2SA, (NFA) ingin mengajak masyarakat untuk mengkonsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman. Beragam artinya konsumsi aneka ragam makanan setiap hari. Bergizi artinya pilihlah jenis pangan yang banyak mengandung zat gizi. Seimbang artinya konsumsi makanan lengkap terdiri dari pangan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah untuk memenuhi gizi seimbang.Serta,Aman artinya pilihlah makanan yang bersih, tidak mengandung bahan pengawet, pemutih dan bahan-bahan lainnya yang dilarang digunakan dalam makanan serta bebas mikroorganisme lainnya,” paparnya.
Dari sisi pemenuhan gizi, B2SA penting untuk diterapkan. “Untuk hidup sehat, aktif dan produktif, tubuh membutuhkan 40 jenis zat gizi yang tidak bisa didapat dari salah satu jenis pangan saja dan ternyata tidak ada satu pun jenis makanan yang mempunyai nilai gizi sempurna. Itulah perlunya kita mengonsumsi aneka ragam jenis pangan dengan prinsip B2SA,” ungkapnya.
Pola Konsumsi B2SA
Arief menerangkan, pola konsumsi B2SA sangat relevan dengan keberagaman pangan yang ada di Indonesia. Menurut data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas terbesar kedua di dunia setelah Brasil. Status dan tren keanekaragaman hayati Indonesia menjadikan sebagai salah satu pusat agrobiodiversitas dunia dengan 10% spesies dari total spesies tumbuhan dunia.
Pria yang pernah menjabat Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya merinci, penganekaragaman konsumsi pangan masyakat tidak terpaku pada satu jenis makanan pokok namun dapat mengonsumsi bahan pangan lainnya. Sumber pangan di Indonesia ada 77 jenis tanaman pangan sumber karbohidrat, 75 jenis sumber minyak atau lemak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, serta 110 jenis rempah dan bumbu. “Pemanfaatan pangan lokal secara masif memberikan kontribusi positif terhadap ketahanan pangan nasional,” katanya.
Menurut Arief, NFA memiliki peta menu pangan B2SA Nusantara,yaitu pangan lokal setiap wilayah denan berbagai macam menu piring berbeda-beda. Misalnya, di Sulawesi Selatan memiliki bassang terbuat dari jagung pulut, sinonggi terbuat dari pati sari sagu, buah ada mangga, jambu biji, sayur bening oyong dan bayam. Lalu,di Kalimantan ada talas, keladi, singkong, ikan bakar, semur daging, buah duku dan nanas, sayur capcay.
Dengan peningkatan konsumsi pangan lokal B2SA, diharapkan masyarakat akan semakin sehat karena terpenuhi gizi hariannya. Arief melanjutkan, NFA menggerakkan Dinas Urusan Pangan yang tersebar di 514 kabupaten/kota dan 37 provinsi untuk semakin intensif kampanyekan gerakan B2SA kepada masyarakat di daerah. Ditambah lagi untuk melengkapi isi piring,masyarakat bisa memanfaatkan pekarangan rumah sebagai ladang bercocok tanam komoditas pangan lokal serta beternak. Sehingga,masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari didapatkan dari budidaya di pekarangan rumah.
“Indonesia memiliki kearifan budaya pangan lokal di daerah masing-masing seperti budaya manggadong di Sumatera Utara, beras aruk di Kepulauan Bangka Belitung, nasi Siger di Lampung, Rasi di Jawa Barat, Nasi Jagung di Jawa, Jagung Bose di NTT, Binte Biluhute di Gorontalo, bubur Tinutuan Sulawesi Utara, Kapurung di Sulawesi Selatan, Kasuami, Sinonggi dan Kabuto di Sulawesi Tenggara, Enbal di Maluku, hingga Papeda di Papua,” pungkasnya.
Sabrina Yuniawati dan Windi Listianingsih