Foto: DOK. Ditlintan
BMKG, BNPB, dan Kementerian Pertanian merumuskan langkah operasional untuk mengantisipasi dampak La Nina 2021/2022
Penanganan antisipasi La Nina perlu koordinasi lintas sektoral.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan dini La Nina dan kecenderungan peningkatan risiko bencana hidrometeorologi jelang akhir 2021.Sektor pertanian, khususnya tanaman pangan dinilai akan sangat terdampak dan berpotensi mengakibatkan kerusakan tanaman akibat bencana dan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pascabencana.
Menyikapi hal itu, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan bergerak cepat (gercep) menginisiasi FGD untuk merumuskan langkah antisipasi dampak La Nina. FGD dilaksanakan 1 November 2021 di Bogor, Jabar yang menghadirkan BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan direktorat di Kementan.
Deteksi Dini
Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi menegaskan, target nasional luas tanam padi 8,3 juta ha perlu diamankan. “Perlu diantisipasi dampak La Nina dengan deteksi dini sehingga dapat segera ditentukan langkah operasionalnya, ”katanya.
Hal itu diamini M. Takdir Mulyadi, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan. Untuk mengamankan produksi tanaman pangan, antisipasi dampak La Nina bukan saja terhadap dampak bencananya seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor tetapi juga serangan OPT pascabencana. “Perlu koordinasi lintas sektoral penanganannya,” imbuhnya.
Aldi Ripaldi, Subkoordinator Analisis Informasi Iklim BMKG menyampaikan, kejadian La Nina tahun ini diprediksi memiliki dampak relatif sama seperti tahun lalu. Langkah awal yang terpenting adalah early warning system dan rutin pantau informasi BMKG. Selama ini BMKG telah menyediakan data prakiraan curah hujan per dasarian dan bulanan serta potensi banjir per dasarian dan perbulan hingga 3 bulan berikutnya sampai level kecamatan. “Informasi ini dapat diakses melalui www.bmkg.go.id,” tandasnya.
BNPB mengidentifikasi dampak perubahan iklim pada sektor pertanian, di antaranya erosi dataran tinggi dan gangguan sistem budidaya pertanian. Staf Fungsional Perencana Dit.Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB, Franta Eveline mengungkap, upaya mitigasi yang dilakukan yaitu konservasi air dan tanah, pembentukan hutan atau tegakan pepohonan pada daerah bukan hutan melalui agroforestry dengan tanaman pengikat nitrogen, penyesuaian waktu tanam, dan penanaman jenis tanaman yang lebih tahan perubahan iklim.
Diskusi menyepakati strategi operasional antisipasi dampak La Nina berupa pemetaan wilayah rawan banjir, kekeringan, dan OPT pada MH 2021/2022 yang dapat diakses melalui SIKATAM TERPADU (http://katam.litbang.pertanian.go.id/). Selain itu, pentingnya optimalisasi Brigade La Nina, Brigade Alsin dan Tanam, Brigade Panen dan Serap Gabah Kostraling.
Naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 330 terbit Desember 2021 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.