Foto: Sabrina Yuniawati
Melon tidak boleh ditanam pada lahan yang sama dua kali berturut-turut karena berisiko terserang organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
Sulitkah memproduksi buah yang berkelas supermarket? Ikuti saran-saran para petani sukses berikut.
Untuk menghasilkan buah melon yang memenuhi standar kualitas supermarket dan toko buah berawal dari pemilihan varietas. Masing-masing petani biasanya punya favorit sendiri tergantung segmen pasar yang dituju.
Varietas Andalan
Ibnu Habibi Rahman, Product Specialist Cucurbit, PT East West Seed Indonesia, produsen benih berlabel Panah Merah, mengungkap, petani lebih memilih yang tahan terhadap hama dan penyakit.
“Panah Merah memiliki tiga jenis benih melon yang toleran terhadap iklim dan hama penyakit. Ada tipe melon menengah ke atas atau sasarannya modern market, melon reguler hingga melon medium tipe rock melon,” katanya saat dihubungi AGRINA (20/7).
Untuk modern market, lanjut Ibnu, pihaknya menjagokan varietas Alisa (kulit hijau daging buah putih). Sedangkan varietas yang menyasar pasar reguler adalah Alina (golden melon) dan Madesta (kulit hijau dengan jaring tebal dan daging oranye).
A. Suwarno yang bertanam di Bogor (Jabar) dan mitranya di Jateng, memilih Sakata (Red Sweet dan Glamour) dan Lonnis (Known You Seed) dari tujuh varietas yang pernah dicobanya.
Jumawan dari Sabila Fresh, pemasok buah di Semarang, Jateng, menggadang varietas Kirani. Namun, menurut Dwi Kartika M. Ghazalie, pemulia dari PT Tunas Agro Persada, varietas yang manis dengan potensial brix 18-19 dan umur panen pendek, 60-65 hari setelah tanam (HST), ini masih dalam taraf uji pasar.
Persiapan Lahan
Melon dapat tumbuh di ketinggian 250 – 700 m di atas permukaan laut. Seleksi lahan, menurut Suwarno, sangat penting. Melon tidak boleh ditanam pada lahan yang sama dua kali berturut-turut karena berisiko terserang organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
Lahan harus dengan kemasaman netral (pH 7). Kalau kurang dari 7, dapat ditambahkan dolomit untuk meningkatkan pH sebanyak 1-1,5 ton/ha.
Lahan dibuat bedengan dengan jarak antarbedengan (lebar parit) 60 cm, tinggi bedengan 30 cm, dan jarak antartanaman 80-90 cm.
Bibit bisa ditanam secara zig-zag atau di tengah bedengan dengan jarak yang sama.
“Jarak antartanaman 80-90 cm paling bagus dan ideal karena daun tidak ketemu satu sama lain, segi sirkulasi angin teratur, ruang tumbuhan akar lebih leluasa, dan pertumbuhan tanaman lebih optimal. Jarak antartanaman terlalu rapat menyebabkan kelembapan tinggi, sehingga potensi serangan OPT lebih tinggi,” papar penanggung jawab budidaya di Sweety Farm ini.
Pemupukan
Sebagai pupuk dasar, Warno menggunakan pupuk kandang dengan dosis 2 ton/ha. Dia juga menebarkan pupuk organik dengan porsi mencapai 70%. Biarkan selama tiga hari lalu pasang mulsa. Setelah itu, pemasangan lanjaran dilakukan 7 hari setelah tanam (HST).
“Kami memiliki pupuk formulasi sendiri. Tiap batang butuh pupuk 175-200 g. Pemupukan pertama umur 7 hari setelah tanam (HST), pemupukan selanjutnya 4 hari sekali sampai umur 55 HST, panen 70 HST,” rincinya.
Untuk tanah yang kurang subur, FMC menawarkan solusi berupa pembenah tanah Micro Ferti Magnet. Budiono, Market Development Specialist Plant Health FMC, menjelaskan, produk berbentuk cair tersebut bermanfaat mengembalikan kualitas tanah yang rusak dan mengoptimalkan nutrisi dalam tanah.
“Magnet dapat diaplikasikan sebelum tutup mulsa dan setelah selesai pupuk dasar, baru semprotkan Magnet dengan dosis 20 liter/ha secara merata,” katanya saat dihubungi AGRINA (30/7).
Budiono menjabarkan manfaat dan cara kerja Magnet. Pertama, pegang, yaitu kandungan huminnya berfungsi memastikan ketersediaan air dan nutrisi di daerah sekitar perakaran. Kedua, bongkar, yaitu kandungan asam humatnya membantu membongkar nutrisi yang terikat dalam tanah menjadi nutrisi siap diserap tanaman.
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 314 terbit Agustus 2020 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.