Minggu, 2 Agustus 2020

Menyesap Legitnya Bisnis Melon “Mewah”

Menyesap Legitnya Bisnis Melon “Mewah”

Foto: Sabrina Yuniawati
Permintaan melon premium naik

Bentuk, rasa, aroma serta kandungan vitamin dan antioksidan yang tinggi menambah daya tarik konsumsi melon.
 
 
Permintaan melon premium meningkat dan selalu dicari konsumen. A. Suwarno, Direktur Produksi Sweety Farm menyampaikan, tingginya kebutuhan melon premium tidak sebanding dengan produksi dalam negeri.
 
Permintaan melon premium di Sweety Farm yang sekitar 600 ton/tahun saja belum bisa terpenuhi. Seperti apa prospek bisnis melon “mewah” itu?
 
 
Tren Bisnis
 
Tren bisnis buah-buahan meningkat signifikan baik di toko buah maupun supermarket, salah satunya Kebun Buah, toko buah di Jawa Barat dan Jakarta.
 
Menurut Paulus Sriyono, Manager Kebun Buah, naiknya permintaan buah selama 3 tahun terakhir terbilang luar biasa, sekitar 50% per tahun pada 2017–2019.
 
Tak ayal, omzet Kebun Buah meroket dari Rp55 juta/hari di 2017 menjadi Rp100 juta/hari di 2019 untuk 5 toko yang tersebar di Bekasi, Jawa Barat dan Kelapa Gading, Jakarta.
 
“Permintaan buah cenderung naik sampai dengan awal 2020,” kata Paulus saat ditemui AGRINA di Toko Kebun Buah, Kamis (16/7). 
 
Melon menjadi salah satu bagian top penjualan buah yang diminati masyarakat selain mangga, alpukat, jeruk medan, apel washington, pepaya, buah naga, jambu biji, pisang, jeruk pontianak, dan apel century.
 
Awalnya Kebun Buah menyuguhkan beberapa varietas melon premium seperti Golden Melon, Kinanti, dan Zebra. Karena kurang diminati, akhirnya Kebun Buah hanya menjual jenis Sky Rocket dengan tekstur daging lembut, warna putih, dan rasa manis. “Permintaan sebulan bisa mencapai 4 ton lebih jenis Sky Rocket,” terangnya.  
 
Fetiman Suwarly, Marketing Sweety Farm, produsen melon premium di Jakarta membenarkan permintaan melon premium naik.
 
“Saya tidak berani prediksi berapa angka permintaan per tahun karena (suplai) melon eksklusif secara kontinu belum terlaksana. Misalnya, hari ini ada, nanti 3 bulan yang akan datang baru ada lagi. Tetapi permintaan konsumen cukup bagus,” jelasnya.
 
Untuk setiap toko, Sweety Farm rata-rata memasok 100-150 kg melon premium ke berbagai toko buah di Jakarta, seperti Total Buah Segar, Duta Buah, dan Rumah Buah.
 
Suwarno menambahkan, permintaan melon ekslusif setidaknya 600 ton/tahun tetapi belum bisa dipenuhi. Target panen melon premium yang seharusnya 50 ton/bulan pun baru bisa dicapai 5-6 ton per 2 minggu.
 
“Belum tercapai, sulit sekali karena untuk mencapai kualitas premium tidak mudah. Ada komitmen yang harus dijaga dalam budidaya,” jelas pria yang akrab disapa Warno itu.  
 
Sabila Fresh, distributor melon “mewah” di Semarang, Jawa Tengah menguatkan tingginya pasar buah eksotis ini. Menurut Jumawan, pemilik Sabila Fresh, permintaan melon premium sebanyak 5 ton/minggu untuk disuplai ke Jawa Tengah dan Jawa Barat.
 
Melon premium yang diminati masyarakat ialah Adinda dan Kirani. Melon Adinda memiliki kulit hijau dengan daging buah jingga (orange) sedangkan Kirani berkulit putih dengan daging buah jingga.
 
Melon Kirani memiliki tingkat kemanisan (kadar gula) 13°–14° brix dengan bobot 1,5–2 kg seharga Rp25 ribu/kg. “Permintaan pasar yang diminati adalah melon daging orange dengan kadar gula tinggi,” terangnya. 
 
T. Bagus Sudaryanto, Konsultan FMGC & Modern Food Retailing menyatakan, melon merupakan buah yang penting untuk pasar ritel modern karena menjadi primadona masyarakat.
 
Bersama semangka, kontribusinya terhadap penjualan buah lokal mencapai 15%–20% dengan omzet Rp20 juta-Rp30 juta/gerai/bulan dan margin 25%–30%.
 
“Penjualan semangka dan melon di pasar ritel mengalami pertumbuhan signifikan dari tahun ke tahun dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sekitar 10%–15%,” katanya.
 
Pertumbuhan yang tinggi ini, ungkap Bagus, dipicu beberapa faktor. Yaitu, pertumbuhan bisnis ritel modern makanan di Indonesia yang sangat pesat, pertumbuhan konsumsi per kapita, pertumbuhan bisnis lain yang relevan dengan penggunaan buah, seperti restoran; katering; kios buah; dan semakin banyak varietas melon yang dibudidayakan di Indonesia.   
 
 
Petani dan Korporasi
 
Manisnya bisnis melon juga dirasakan M. Taufik, petani di Kec. Pekalongan, Kab. Lampung Timur, Lampung. Taufik mendapat keuntungan dengan kunjungan wisatawan lokal ke kebun melonnya.
 
Pada siklus panen pertama, Pemda Lampung memasukkan kebun melon Taufik dan kebun buah lainnya sebagai bagian kawasan agrowisata.
 
Dengan begitu, warga yang ingin membeli bisa datang langsung ke kebun dan memetik sendiri melon yang dibanderol Rp15 ribu/kg. “Saat itu omzetnya mencapai Rp120 juta dengan keuntungan bersih sekitar Rp80 juta setelah dikurangi modal usaha Rp40 juta,” kenang Taufik. 
 
Namun, pada siklus kedua tidak lagi dijual dalam program agrowisata karena musim hujan. Harga jual melon juga anjlok hingga Rp5.000– Rp6.000/kg sehingga keuntungan berkurang jadi Rp30 juta setelah dikurangi modal usaha Rp17 juta.
 
Untungnya, modal usahanya juga berkurang karena tidak perlu lagi membeli mulsa, pompa air, selang, dan biaya pengolahan lahan lainnya.
 
Memasuki siklus ketiga, ia berharap harga melon naik sehingga mendapatkan keuntungan. Pada Agustus harga melon sekitar Rp6.000–Rp7.000/kg untuk melon hijau sedangkan melon kuning atau golden Rp9.000–Rp10 ribu/kg di tingkat petani. 
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 314 terbit Agustus 2020 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain