Kamis, 2 Juli 2020

Kemarau Datang, Awasi Ulat Bawang

Kemarau Datang, Awasi Ulat Bawang

Foto: Dok. AGRINA
Musim kemarau, pastikan air mencukupi

Dengan merogoh kocek lebih dalam musim tanam kemarau ini, petani berharap meraup lebih banyak produksi.

Musim kemarau yang panjang pada 2019 mengakibatkan musim tanam bawang merah mundur.
 
Di sentra produksi Brebes, Jawa Tengah, menurut Yuliana Rosmalawati, petani dan penangkar benih umbi dan biji, musim tanam berlangsung pada akhir 2019 atau awal 2020.
 
Petani langsung berhadapan dengan curah hujan tinggi yang menyebabkan banjir dan hasil produksi berkurang.

“Berkurangnya produksi bawang merah membuat harga bawang konsumsi mahal dan petani cenderung menjual untuk konsumsi. Sehingga persediaan bibit musim berikutnya langka jadi mahal,” tutur Yuliana di Desa Limbangan Wetan, Kecamatan Brebes, Brebes

Hal senada dikonfirmasi Ikwan Arif. “Efek domino produksi berawal dari hasil bulan Januari-Februari cuma 3 ton/ha dan tidak bisa disimpan. Harga benih jadi mahal sampai Rp70 ribu/kg sehingga penanaman April-Mei hanya 40% saja,” kata petani di Desa Karangsari, Bulakamba, Brebes, tersebut saat dihubungi AGRINA (18/6).

Karena yang bertanam lebih sedikit, pasokan bawang konsumsi ke pasar pun menyusut sehingga harga di tingkat konsumen terdongkrak.
 
Di DKI Jakarta, berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga bulanan bawang merah dari Maret – Juni 2020 bergerak naik dari Rp56.050, Rp70.400, Rp81.200, Rp80.200 per kg. Sementara harga bawang merah di tingkat petani daerah Jawa Tengah pada 18 Juni 2020 sebesar Rp34 ribu/kg.


Modal Lebih Banyak

Musim tanam kemarau kali ini petani merogoh kocek lebih dalam untuk membeli benih. Menurut Yuliana yang mulai menjadi penangkar benih sejak 2015 harga bibit umbi hanya Rp20 ribu.
 
Namun pada musim tanam saat ini harga bibit umbi meroket berkisar Rp60 ribu - Rp70 ribu/kg dengan kebutuhan 1,5 ton/ha. Jadi modal bibitnya saja Rp90 juta – Rp105 juta/ha.
 
Sedangkan bibit berupa biji lebih terjangkau, dibandrol Rp3 juta – Rp4 juta/kg dibutuhkan 5-6 kg/ha. Perhitungan PT Ewindo, salah satu produsen bibit biji, petani cukup bermodal Rp34,4 juta/ha untuk menjadikan bibit umbi dari biji.

Dengan modal lebih “gemuk”, petani berharap produktivitas lebih tinggi musim panen nanti. Ikwan yang telah bertanam bawang merah selama 15 tahun memilih bibit umbi dari varietas Brebes.
 
Petani pemilik lahan 8 ha ini beralasan varietas Brebes adaptif pada semua lahan dan musim. Sedangkan dari sisi hasil, umbinya lebih disukai pasar.

Yuliana membenarkan, petani umumnya masih lebih memilih bibit umbi. Mereka beralasan masa tanam hingga panen umbi hanya 50-60 hari. Sementara yang bertanam dari biji mulai semai hingga panen kurang lebih 3 bulan lebih atau 115 hari.
 
“Sekitar 80% pasar lebih menyukai varietas umbi Bima Brebes. Warna bawang lebih merah, rasa pedas menyengat serta penanaman tidak repot,” jelasnya saat dihubungi AGRINA (22/6).

Menurut Jorgen Nagel, praktisi bawang merah di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat menuturkan, tantangan utama agribisnis bawang merah selama pandemi saat ini adalah keterbatasan modal karena tidak adanya pemasukan.
 
Menyiasati harga bibit umbi yang relatif mahal, petani dapat menggunakan bibit biji. “Memang lebih banyak pekerjaan, tapi lebih murah ongkos dan dapat disimpan kulkas selama bertahun-tahun. Ini sebagai solusi bagi petani,” katanya saat acara webinar diadakan Agriprofocus (18/6).  


Pastikan pH Cocok

Teknik budidaya pada musim kemarau, menurut Ikwan, berbeda-beda tergantung kondisi daerah masing-masing karena berbeda-beda dalam tekstur tanah, cuaca, dan lingkungannya.
 
“Namun hal terpenting dalam budidaya musim kemarau adalah sumber air harus berfungsi dengan baik. Produktivitas musim kemarau kurang lebih 12 ton/ha, sedangkan musim hujan hanya 9 ton/ha. Produksi dan risikonya enakan musim kemarau. Musim hujan risiko lebih besar dari serangan OPT (organisme pengganggu tanaman) ada serangga, jamur, dan curah hujan bisa banjir. Kalau kemarau lebih kepada serangga saja,” jelas pria kelahiran Tegal, Jawa Tengah, tersebut.


Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 313 terbit Juli 2020 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di magzter, gramedia, dan myedisi.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain