Minggu, 6 Oktober 2019

Panen Cabai Melimpah dengan Teknologi Terpadu

Panen Cabai Melimpah dengan Teknologi Terpadu

Foto: Try Surya Anditya
Eko Suwasono, aplikasi teknologi organik dan hayati merupakan salah satu upaya mewujudkan pertanian berkelanjutan.

Dekomposer hayati sangat efektif menanggulangi layu fusarium pada cabai rawit.
 
Layu fusarium (Fusarium wilt) disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum.
 
Cendawan ini merugikan petani hortikultura dan perkebunan karena dapat menyebabkan gagal panen.
 
Apalagi, Fusarium oxysporum bisa bertahan hidup di tanah dalam jangka waktu yang lama serta benih atau bibit tanaman.
 
“Fusarium sangat banyak sekali di tanah ini yang jarang sekali diketahui,” ujar Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc.Agr, Ketua Departemen Proteksi Tanaman IPB.
 
Karena cendawan ini dapat bertahan dan berkembang dalam kondisi lingkungan lembap, perlu bantuan bakteri apatogen untuk menghilangkan cendawan tersebut. Bagaimana caranya?
 
 
Serangan Fusarium
 
Suryo menjelaskan, jenis-jenis penyakit yang disebabkan fusarium. Misalnya, busuk batang pada bawang merah, busuk biji jagung, busuk janur kelapa, kanker batang petai dan kopi, dan layu (vascular) pada pisang; tomat; semangka; dan cabai. 
 
Untuk mengendalikan penyakit tersebut, pria yang lahir di Bojonegoro, Jatim ini menganjurkan menjaga keseimbangan lingkungan dan inang penyakit.
 
Mengacu segitiga penyakit yaitu patogen, lingkungan, dan inang, jelasnya, “Pengendalian penyakit pada dasarnya bagian dari pengaturan patogen yang dibunuh atau dikurangi. Lingkungan dan inang harus dijaga dan dikuatkan agar lebih tahan terhadap penyakit.” 
 
Ia menambahkan, pengendalian layu fusarium dengan meningkatkan bahan organik agar tanah terjaga.
 
Pasalnya, bahan organik merupakan sumber energi pada tanah untuk kehidupan dan keragaman mikroorganisme sekaligus sebagai nutrisi tanaman. 
 
Tanaman yang tertular fusarium dari tanah, akan menampakkan gejala pada umur 3 minggu setelah tanam.
 
Sementara penularan melalui benih, gejala awal terlihat pada tanaman umur 5-10 hari setelah tanam (HST).
 
Biasanya tanda penyakit adalah tanaman cepat layu, tanaman terkulai seperti akan roboh, daun berwarna kuning, dan akar tanaman busuk. 
 
 
Teknologi Terpadu pada Cabai
 
Eko Suwasono, Ketua POPT Kab. Jember, Jatim menggunakan teknologi organik dan hayati untuk mengendalikan layu fusarium pada cabai. Pasalnya, tanaman yang terserang layu fusarium tanpa adanya bahan tersebut saat berbuah pasti mati. 
 
Ia telah membuktikan kemanjuran teknologi organik-hayati dengan memakai pupuk organik dari mulai semai, tanam, hingga pemeliharaan.
 
Ia menanam cabai rawit sistem tumpang sari dengan jagung.
 
Tanaman cabainya mengalami layu fusarium setiap tahun dan selalu gagal panen. Hal ini membuat Eko berinisiatif mengubah budidaya secara alami.
 
 
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 304 yang terbit Oktober 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain