Kamis, 4 Mei 2006

Sperma Beku, Atasi Kelangkaan Induk

Dengan sperma beku (frozen sperm), petani tidak perlu memelihara induk jantan sehingga biaya produksi dapat ditekan.


 


Kendala induk sudah menjadi rutinitas yang harus dihadapi oleh sebagian besar petani ikan di Indonesia. Selain biaya pemeliharaannya mahal, kematian calon induk yang dipelihara seringkali terjadi. Dengan menggunakan sperma beku  ikan, kendala tersebut bisa diatasi asalkan didukung oleh semua pihak termasuk pemerintah.


 


Ragam Teknologi Budidaya


Peran teknologi sangat penting dan menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan  produktivitas hasil budidaya. Teknologi budidaya ikan di Indonesia bisa dibilang tidak terlalu ketinggalan. Salah satu indikasinya, telah diterapkannya teknologi  pemijahan buatan (artificial propagation) cukup lama di kalangan petani ikan walaupun tidak merata di setiap daerah. 


Selain itu,  berkembang juga teknologi manipulasi kromosom (chromosom manipulation) seperti ginogenesis/androgenesis untuk menghasilkan keturunan murni induk betina/jantan. Atau, poliploidi untuk menghasilkan ikan yang steril dengan harapan perkembangan tubuhnya (somatik) lebih cepat.


Demikian pula dengan teknologi implantasi hormon yang bertujuan mempercepat  kematangan gonad ikan serta  pembalikan kelamin (sex reversal) untuk menghasilkan ikan berkelamin tertentu (jantan atau betina saja) yang pertumbuhannya lebih cepat.  Bahkan kini lompatan teknologi sudah lebih jauh lagi dengan gencarnya para pakar mengutak-atik DNA untuk menciptakan ikan transgenik sebagai  dampak ditemukannya teknologi rekombinasi DNA.


Namun kenyataannya, teknologi tersebut tersebut masih jarang ditemukan aplikasinya di lapangan. Kendalanya ada pada sumberdaya manusia dan peralatan yang tidak murah. Salah satu teknologi yang dapat mempermudah kerja dan menekan biaya produksi petani ikan adalah  produksi sperma beku ikan.


           


Tak Perlu Pelihara Induk Jantan


Teknologi pembuatan sperma beku ikan nyaris terlupakan dan belum banyak diterapkan para pembudidaya ikan di Indonesia.  Sperma beku ikan layak  dikembangkan   karena banyak dibutuhkan petani ikan, apalagi  dalam kondisi paceklik induk ikan seperti sekarang ini.


Sperma ikan yang dibekukan dapat disimpan di luar tubuh ikan dalam jangka waktu cukup panjang. Hal ini memberi kesempatan bagi pembudidaya atau breeder  memijahkan ikan kapan saja dan di mana pun diperlukan. Selain itu, stok sperma beku yang tersedia dalam bank sperma bisa menghemat pemakaian induk jantan. Pembudidaya tidak perlu lagi memelihara induk jantan yang risiko dan biayanya cukup besar.


Pembekuan sperma atau  dikenal sebutan cryopreservation merupakan cabang cryobiology, yakni ilmu yang berhubungan dengan pengawetan dan lama penyimpanan materi biologis pada suhu rendah. Produksi sperma beku pada prinsipnya tidak berbeda dengan yang dilaksanakan pada hewan lain, misalnya sapi. Dalam praktik di lapangan, pembekuan sperma hewan biasanya menggunakan nitrogen cair bersuhu -196oC. 


Pada kurun waktu 1997—1998  Dinas Perikanan Jawa Timur pernah mencoba merintis penerapan teknologi ini, bahkan  berhasil menyimpan sperma ikan mas Punten.  Namun kini kegiatan tersebut dilakukan Balai Inseminasi Buatan (BIB) Singosari, Malang. Keberhasilan produksi sperma beku ikan pada akhirnya akan meringankan pembudidaya di lapangan. 


Muhamad  Husen, Pengurus Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia Cabang Jawa Barat


 


Teks:


Dengan sperma beku, petani ikan tak perlu induk jantan (Enny)

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain