1. Home
  2. »
  3. Headline Agrina
  4. »
  5. NFA dan Komisi IV DPR RI Tinjau Gudang BULOG Medan

Tips Budidaya Jagung Biotek Agar Hasil Optimal

Tugas utama petani menjaga tanaman tetap sehat dan tidak terserang OPT. Hasil melimpah menjadi bonusnya.

Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi jagung dalam negeri. Namun, masih terdapat kendala yang perlu diselesaikan dalam budidaya, seperti benih, serangan organisme penggangu tumbuhan (OPT), dan lainnya. Penerapan budidaya yang baik dan benar tentu menjadi pedoman dalam menjaga produksi nasional. Tanaman yang sehat tentu menghasilkan panen yang maksimal dan pendapatan petani juga makin menguntungkan.

 

Budidaya

Dalam budidaya jagung, faktor utama yang perlu diperhatikan adalah pemilihan varietas yang tepat, kesuburan tanah, air yang cukup, dan cara tepat dalam mengendalikan OPT. Hamzan Wadi menceritakan pengalamannya menjadi petani jagung binaan perusahaan pertanian multinasional di bidang pestisida, benih, dan penelitian bioteknologi. Ia memulai menanam jagung bioteknologi (Produk Rekayasa Genetik, PRG) pada 2017 di Desa Labuhan Kubis, Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa, NTB.

Menurut Hamzan, penerapan budidaya jagung PRG dengan non-PRG sama saja. Yang membedakan hanya sisi perawatan tanamannya. Contoh, saat penyiangan gulma pada pertanaman jagung non-PRG, petani melakukan penyemprotan herbisida berulang-ulang, hingga 4 kali semprot. Sedangkan pada jagung PRG, penyemprotan cukup dilakukan sebelum dan sesudah tanam sehingga biaya produksi juga dapat ditekan.

“Perbandingan dari biaya produksi dan efektivitas perawatan. Petani sebelum memakai benih PRG, proses penyiangan rumput bisa sampai 2-4 kali aplikasi herbisida untuk menganggulangi rumput agar lahan bersih dan siap tanam. Tapi dengan PRG ini, bisa satu kali saja di awal. Selanjutnya, aplikasi bisa dilanjutkan pada saat jagung mulai tumbuh,” jelasnya saat dihubungi AGRINA (3/3).

Secara teknis budidaya, Hamzan menerangkan, petani dapat memilih benih jagung yang sesuai dengan kondisi geografis lahan. Lalu, cek kondisi lahan, seperti derajat keasaman (pH) tanah. Nilai pH yang sesuai untuk budidaya jagung berada di angka 5,6-7. Kemudian, lakukan olah lahan dengan memberikan pupuk organik sekitar 3-4 ton/ha.

Setelah itu, tanam benih jagung dengan jarak tanam 20 cm x 75 cm. “Masukkan satu benih jagung pada satu lubang tanam, sedangkan kedalaman lubang tanam biasanya 3-5 cm,” rincinya.

Pada pemupukan pertama, lanjut Hamzan, dapat menggunakan urea 400 kg/ha dan NPK Phonska 400 kg/ha pada umur 7-10 hari setelah tanam (HST). Selanjutnya, petani harus melakukan pengecekan kondisi lahan jagung, dipenuhi dengan gulma atau tidak. “Selanjutnya berikan nutrisi 1 l/ha dicampur dengan insektisida untuk mencegah serangan hama dan fungisida untuk pencegahan serangan jamur,” kata Sarjana Pertanian Jurusan Ilmu Tanah dari Universitas Mataram ini.

Pemupukan kedua pada umur 30-40 HST, Hamzan menerangkan, petani dapat mengaplikasikan pupuk phonska dan urea masing-masing 400 kg/ha. Aktivitas berikutnya yaitu pengecekan tanaman jagung secara rutin sehingga saat terjadi serangan OPT dapat diantisipasi dengan cepat dan tepat.

“Penyemprotan pestisida dilakukan sesuai kondisi serangan di lapangan. Kalau tidak ada, tidak perlu dilakukan penyemprotan karena saya menerapkan prinsip efisiensi penyemprotan. Berbeda dengan tanaman padi, harus disemprot setiap minggu. Sedangkan jagung hanya menyesuaikan kondisi lapangan saja, yang penting adanya penanggulangan awal,” katanya.

 

OPT

Menurut Hamzan, hama dan penyakit yang sering muncul pada pertanaman jagung saat ini yaitu ulat grayak jagung (Spodoptera furgiperda), penyakit busuk batang, dan penyakit bulai yang mulai muncul di beberapa daerah di Sumbawa. “Biasanya petani menggunakan insektisida dan fungisida dalam menanggulami serangan OPT serta untuk bulai melakukan seed treatment,” jelasnya.

Pria yang hobi traveling itu berharap akan segera beredar benih jagung PRG tahan hama dan penyakit yang sesuai dengan lahan di Sumbawa. “Maka, dapat mengurangi biaya produksi petani lebih rendah lagi. Dampak lainnya produksi meningkat dan petani sejahtera,” terangnya.

Agung Purwantoro, gunakan jagung biotek tahan terhadap ulat grayak

Agung Purwantoro, Manager Seed Technical Agronomy, PT Syngenta Indonesia membenarkan, OPT yang sering muncul pada musim tanam saat ini yaitu hama ulat grayak jagung, penyakit bulai (Downy mildew), dan busuk batang. Untuk meminimalisir serangan hama ulat grayak, Agung menyarankan, perlu ada pengamatan secara rutin agar tidak terlambat dalam mengendalikan hama ulat grayak jagung.

“Syngenta merekomendasikan pengendalian hama dengan produk perlindungan tanaman berbahan aktif emamektin benzoat 5% dan juga bahan aktif siantraniliprol dan lufenuron. Dua bahan aktif tersebut dapat diaplikasikan pada umur 20 dan 40 HST. Serta, gunakan jagung biotek yang tahan terhadap ulat grayak,” urainya.

Sedangkan pemicu munculnya busuk batang, ungkap Agung, biasanya karena ada perlukaan tanaman dari alat-alat pertanian, manajemen drainase yang kurang baik, pemupukan tidak berimbang, serta kelembapan tinggi karena populasi tanaman yang terlalu padat di musim hujan. Di samping itu, petani kurang memperhatikan kebersihan lahan jagung. “Lakukan manajemen air dengan drainase yang baik dan paling penting menggunakan varietas tahan terhadap busuk batang,” katanya.

Sementara untuk menanggulangi serangan bulai, Yagus Sudrajat, Brand Manager FMC Indonesia membagikan beberapa tips yang perlu diterapkan petani. Pertama, penggunaan benih jagung yang toleran bulai. Kedua, sanitasi lahan karena penyakit ini menular melalui tanah. Ketiga, pengaturan jarak tanam. Hal ini dilakukan untuk menghindari serangan bulai ke tanaman lain. Jika terlalu rapatnya jarak tanam maka akan memudahkan penularan penyakit tersebut.

Yagus Sudrajat, penyakit bulai gunakan pestisida secara preventif – Dok. Pribadi

Keempat, peningkatan kesuburan tanah supaya jagung bisa lebih tahan terhadap penyakit bulai. Kelima, menggunakan pestisida secara preventif. Karena jika terlambat dalam menanggulangi serangan bulai, maka akan sulit disembuhkan. “FMC merekomendasikan penggunaan fungisida sistemik dan translaminar berbahan aktif pikarbutrazoks dengan dosis 0,75 l/ha pada umur 7 dan 14 hari setelah tanam,” jelasnya.

Hamzan berpesan pada sedulur petani jagung bahwa tugas utama petani adalah menjaga tanaman tetap sehat. Jangan hanya berfokus pada hasil karena itu hanyalah bonus. Dengan tanaman sehat dan tidak terserang OPT maka panen yang diperoleh petani akan optimal.

“Hadiah terindah bagi petani yaitu tanaman sehat. Tugas utama petani menjaga tanaman tetap sehat dan indah dilihat. Jika hanya rotasinya uang dan uang, akan tetap kurang dan tidak akan pernah puas. Bagi saya, hadiah terindah bukan hasil produksi berlimpah tapi tanaman jagung saya sehat, maka hasil akan sehat juga,” ungkapnya.

 

Sabrina Yuniawati

 

 

 

 

 

Tag:

Bagikan:

Trending

WhatsApp Image 2025-05-14 at 5.47
Dari Benih Unggul Hingga Riset Mutakhir : EWINDO Buktikan Konsistensi 35 Tahun Dukung Petani Indonesia
WhatsApp Image 2025-05-14 at 5.47
Ketahanan Pangan Dimulai dari Benih Unggul
Foto Pendukung III
Pupuk Indonesia Gelar Program Tebus Pupuk Subsidi
Foto Pendukung I
BAKN DPR RI Apresiasi Sistem Pengawasan Command Center Pupuk Indonesia
BULOG
BULOG Menyerap Hasil Petani 2.000.524 Ton Setara Beras
Scroll to Top