1. Home
  2. »
  3. Headline Agrina
  4. »
  5. NFA dan Komisi IV DPR RI Tinjau Gudang BULOG Medan

Strategi Menghadapi Persaingan Pasar Udang Global

Bisnis udang tampak menggembirakan di tahun 2025. Pasar global perlahan mulai pulih dari kontraksi permintaan pada 2023. Harga udang mulai merangkak naik sejak awal 2024 setelah stabil melemah dalam beberapa tahun terahir. Namun, pasar juga semakin menuntut aspek keberlanjutan.

Menurut prediksi IMARC Group, pasar udang global pada 2024 mencapai US$71,9 miliar. Nilai pasar ini diperkirakan bakal mencapai US$105,4 miliar pada 2033 dengan CAGR 3,9% dari 2025-2033. Permintaan didorong meningkatnya konsumsi udang sebagai makanan laut (seafood), khususnya di kawasan Amerika Utara, Eropa, dan Asia.

Meningkatnya popularitas udang di pasar negara maju dan berkembang karena sifatnya yang serba guna, bernilai gizi tinggi, dan meningkatnya preferensi konsumen terhadap makanan laut dibandingkan sumber protein lainnya. Misal, pada September 2024 The Global Shrimp Council (GSC) mengumumkan kampanye pemasaran yang bertujuan memfasilitasi konsumsi udang, dimulai dengan pasar Amerika Serikat (AS).

Tren pasar udang di AS didukung menguatnya permintaan konsumen terhadap makanan laut, pengingkatan preferensi terhadap pilihan protein rendah lemak, dan popularitas udang di sektor kuliner dan layanan makanan (food service). Selain itu, perluasan jaringan impor dan peralihan ke produk yang bersumber dari proses berkelanjutan juga berkontribusi pada pertumbuhan pasar dan memenuhi permintaan.

Contohnya, pada Maret 2024 Thai Union Group, pemimpin industri seafood dunia, meluncurkan program inovatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) secara signifikan dalam rantai pasok udang. Inisiatif Dekarbonisasi Udang, yang dikembangkan bekerja sama dengan organisasi lingkungan global The Nature Conservancy (TNC) dan Ahold Delhaize USA, menandai langkah signifikan menuju praktik akuakultur yang lebih berkelanjutan.

Di lain pihak, Indonesia, India, dan Ekuador menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar global, terutama di AS dan Eropa. India mulai merambah pasar produk bernilai tambah seperti udang masak (cooked) dan udang berbumbu (marinated), yang sebelumnya didominasi Vietnam dan Indonesia. Bagi Indonesia, diversifikasi pasar merupakan langkah penting untuk mempertahankan posisi di tengah persaingan global.

Dengan ketergantungan yang tinggi pada pasar AS, Indonesia harus memperluas jangkauan ke pasar Eropa dan China. Pasar Eropa menawarkan peluang besar, khususnya untuk produk udang masak dan berlapis tepung (breaded), yang selama ini dikuasai Vietnam.

Fokus pada produk bernilai tambah menjadi kunci bagi Indonesia untuk menghadapi persaingan. Produk seperti udang masak, berlapis tepung, dan berbumbu memiliki potensi besar untuk menarik pasar Eropa dan AS. Indonesia perlu memanfaatkan keunggulan tenaga kerja yang terampil dan biaya produksi yang lebih rendah untuk memperkuat posisi di segmen ini.

Di samping itu, bergabungnya Indonesia menjadi anggota BRICS seharusnya menjadi kemudahan untuk membuka pasar baru ke negara-negara anggota BRICS. Jangan pula mengabaikan pasar domestik yang jumlahnya sangat besar, 270 juta jiwa, namun belum tergarap optimal.

Kemudian, masih ada PR bersama yang tidak boleh pula dilupakan. Seperti, meningkatkan branding udang Indonesia di pasar global yang harus digarap oleh para stakeholder hulu-hilir. Di sisi hulu, simplifikasi perizinan pun masih menjadi tantangan besar buat para petambak. Efisiensi budidaya dengan menerapkan inovasi teknologi digital belum banyak diaposi. Padahal, langkah ini merupakan salah satu cara untuk bertahan dan bisa kompetitif di pasar global.

Terlebih, kendala cuaca ekstrem dan iklim yang tidak menentu semakin menghantui dan memicu kehadiran penyakit serta menimbulkan kegagalan panen. Inovasi teknologi digital akan membantu petambak meminimalisir risiko gagal panen karena kendala tersebut.

Kepatuhan terhadap regulasi serta pemenuhan sertifikasi dan aspek ramah lingkungan juga harus menjadi perhatian para petambak bukan hanya untuk memenuhi permintaan pasar. Akan tetapi, memperhatikan keseimbangan lingkungan untuk keberlanjutan usaha budidaya udang di masa mendatang.

 

Windi Listianingsih

Tag:

Bagikan:

Trending

WhatsApp Image 2025-05-14 at 5.47
Dari Benih Unggul Hingga Riset Mutakhir : EWINDO Buktikan Konsistensi 35 Tahun Dukung Petani Indonesia
WhatsApp Image 2025-05-14 at 5.47
Ketahanan Pangan Dimulai dari Benih Unggul
Foto Pendukung III
Pupuk Indonesia Gelar Program Tebus Pupuk Subsidi
Foto Pendukung I
BAKN DPR RI Apresiasi Sistem Pengawasan Command Center Pupuk Indonesia
BULOG
BULOG Menyerap Hasil Petani 2.000.524 Ton Setara Beras
Scroll to Top