1. Home
  2. »
  3. Headline Agrina
  4. »
  5. NFA dan Komisi IV DPR RI Tinjau Gudang BULOG Medan

Strategi Ekuador untuk Kesuksesan Global

Kesuksesan industri ini terutama didasarkan pada program perbaikan genetik lokal.

 

Dalam 5 tahun terakhir, Ekuador menjadi produsen utama udang dunia yang sangat diperhitungkan. Produksinya pada tahun 2010 yang hanya sebesar 146.512 ton, naik perlahan menjadi 342 ribu ton pada 2015, lalu meningkat dua kali lipat pada 2020 menjadi 688 ribu ton. Dalam tiga tahun terakhir, 2022-2024, produksinya melonjak signifikan, berturut-turut mencapai 1,07 juta ton, 1,25 juta ton, dan 1,21 juta ton. Apa rahasianya?

 

Pilar Utama Perbaikan Genetik

Dalam diskusi panel bertema “Menemukan Peluang dalam Kesulitan: Pembelajaran dari Strategi Ekuador untuk Kesuksesan Global”, Executive Director of the National Aquaculture Chamber of Ecuador, Yahira Piedrahita menjelaskan, Ekuador ada di Amerika Selatan dengan lima provinsi dari lima wilayah sentra produksi udang, yaitu Guayas sebesar 60%, El Oro 20%, Manbi 9%, Esmeraldas 9%, dan Santa Elena 2%.  “Tempat yang paling penting adalah dekat dengan Guayaquil. Teluk Guayaquil ada di sana dan 60% dari total produksi berasal dari daerah tersebut. Udang adalah produk ekspor terbesar kedua, setelah minyak. Jadi, ini sangat penting bagi ekonomi negara,” paparnya mengawali diskusi.

Sama seperti di Indonesia, rantai produksi udang Ekuador sangat lengkap, terdiri dari fasilitas pembibitan, pembenihan, pertambakan, pabrik pengolahan, dan pasar. Lalu, didukung pabrik pakan yang dapat memasok seluruh pakan yang dibutuhkan dan produsen input lainnya, meliputi imbuhan pakan, probiotik, transportasi, serta beberapa layanan lainnya seperti keamanan, kimia, akuntabilitas, dan teknologi.

Pada fasilitas pembibitan, ungkap Yahira, perbedaan antara Ekuador dan negara produsen udang dunia lainnya adalah bersumber dari udang lokal. “Jadi, kami mengambil udang dari kolam untuk menjadi generasi induk yang baru. Kami tidak menggunakan induk SPF (Specific Pathogen Free) dan kami tidak mengimpor induk udang dari luar negeri. Eksklusi patogen atau kriteria beban patogen rendah diterapkan untuk memilih stok induk. Jadi, kami tidak memiliki induk udang SPF, tapi kami memilih indukan yang paling bersih di farm,” ulasnya.

Tidak ada pengablasian yang diterapkan di negara ini. Selain itu, ia menambahkan, “Kesuksesan industri ini terutama didasarkan pada program perbaikan genetik lokal yang didasarkan pada pemeliharaan udang yang terpapar patogen. Itulah perbedaan utama antara Ekuador dan negara-negara penghasil lainnya. Saya tidak mengatakan ini lebih baik atau lebih buruk. Ini hanya caranya Ekuador.”

 

Sistem Terbuka

Menurut Yahira, Ekuador memiliki lebih dari 232.000 ha lahan tambak udang yang dioperasikan terutama dengan sistem terbuka. Artinya, para petembak tidak mendisinfeksi air sebelum memasukkan udang. Beberapa tambak memiliki sistem resirkulasi. Sementara, perusahaan-perusahaan besar mengimplementasikan resirkulasi karena risiko air masuk.

Teknologi baru diterapkan untuk meningkatkan produktivitas, seperti pemberian pakan otomatis (automatic feeder), aerasi mekanis, kecerdasan buatan (AI), dan beberapa teknik pemantauan otomatis. Namun, hanya 35% dari total area tambak yang sepenuhnya atau sebagian otomatis. “Itu berarti Ekuador dapat menggandakan produksi jika kami dapat memasang pemberian pakan atau aerasi otomatis sepenuhnya di semua tambak,” ucapnya yang memiliki pengalaman budidaya udang lebih dari 30 tahun itu.

Siklus produksinya sama, hanya saja petambak Ekuador tidak perlu mendisinfeksi air sepenuhnya dan tidak menerapkan metode biosekuriti secara ketat. Pasalnya, ukuran tambak udang Ekuador sangat besar, bisa lebih dari 20 ha/unit. Luas kolam budidaya udangnya rata-rata 10-20 ha/unit. Sehingga, hampir tidak mungkin menerapkan biosekuriti.

“Jadi, kami harus lebih alami dalam sistem budidaya. Kepadatan lebih rendah dan manajemennya sedikit berbeda dari sistem intensif. Tentu saja kami memiliki beberapa teknologi di sana dan sistem pelacakan yang diterapkan sangat akurat,” imbuhnya.

Struktur biaya produksi yang paling penting adalah pakan, mencapai 66% dari total biaya, diikuti energi. “Kami menghadapi masalah dengan pasokan energi, jadi kami harus berinvestasi lebih banyak dalam energi, benih, tenaga kerja dan beberapa pasokan lainnya,” tukasnya.

Ekuador memiliki tantangan yang sama dalam industri udang, berupa benur berkualitas, serangan penyakit, memastikan kualitas panen, hingga profil kredit petambak. Namun, ulas Yahira, cara menghadapinya sedikit berbeda. Pada periode 1989-2000 tambak udang Ekuador menghadapi kendala penyakit, cuaca ekstrem La Nina dan El Nino, serta beberapa masalah dengan produksi, jalan, logistik, dan lainnya.

“Setelah tahun 2000 kami mulai bekerja sedikit berbeda dengan memulai pemberian pakan otomatis, nutrisi fungsional, diversifikasi pasar, mekanisasi industri, dan akhirnya pengolahan dan nilai tambah. Setelah tahun 2000, kalian bisa melihat peningkatan produksi dari tahun ke tahun. Dan antara tahun 2002 dan 2021, Ekuador meningkatkan ekspor totalnya 20 kali lipat,” bukanya.

Yahira mengungkap, negaranya tidak meningkatkan luas tambak secara signifikan, hanya 0,8% per tahun peningkatannya. Namun, efisiensi dalam produksi kuncinya, salah satunya menggunakan induk yang bertahan hidup dari kolam budidaya dan membuat program peningkatan genetik baru berbasis udang lokal.

Terakhir, Ekuador juga meluncurkan program keberlanjutan pada 2017. Artinya, petambak harus mendapatkan sertifikasi terlebih dahulu, tidak boleh menggunakan antibiotik sama sekali, dan memastikan keterlacakan penuh dengan teknologi Blockchain.

 

Windi Listianingsih, Sabrina Y, Asep B

Tag:

Bagikan:

Trending

WhatsApp Image 2025-05-14 at 5.47
Dari Benih Unggul Hingga Riset Mutakhir : EWINDO Buktikan Konsistensi 35 Tahun Dukung Petani Indonesia
WhatsApp Image 2025-05-14 at 5.47
Ketahanan Pangan Dimulai dari Benih Unggul
Foto Pendukung III
Pupuk Indonesia Gelar Program Tebus Pupuk Subsidi
Foto Pendukung I
BAKN DPR RI Apresiasi Sistem Pengawasan Command Center Pupuk Indonesia
BULOG
BULOG Menyerap Hasil Petani 2.000.524 Ton Setara Beras
Scroll to Top