1. Home
  2. »
  3. Headline Agrina
  4. »
  5. NFA dan Komisi IV DPR RI Tinjau Gudang BULOG Medan

Pendekatan Komprehensif Kunci Keberhasilan Budidaya

Pentingnya meningkatkan ketahanan udang melalui metode pengujian yang tepat dan bekerja dalam spektrum luas.

 

Txomin Azpeitia Badiola, Group Technical Manager Grobest Group mengatakan, tantangan utama yang dihadapi petambak dalam budidaya udang yaitu cuaca ekstrem dan iklim yang tidak menentu, sehingga berdampak pada munculnya penyakit. Contohnya, petambak di Sidoarjo, Jawa Timur gagal panen akibat hujan lebat. Ada pula petambak yang mengalami kerugian ratusan juta rupiah akibat kemarau panjang.

“Pada 2024 terjadinya kemarau panjang berdampak pada ketersediaan air di tambak udang. Musim kemarau panjang dan panas luar biasa ini menyebabkan meningkatnya suhu air kolam yang mempengaruhi metabolisme dan nafsu makan udang, dampaknya memicu meningkatnya wabah penyakit,” terangnya pada acara Shrimp Outlook 2025 di Jogjakarta (27/2).

 

Menantang

Txomin menambahkan, pada 2025 diperkirakan kondisi cuaca tidak stabil karena peristiwa La Nina terus berlanjut hingga awal tahun. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan curah hujan atau musim hujan yang lebih kuat. Sedangkan, El Nino 2025 muncul pada akhir tahun yang dapat mengakibatkan kondisi lebih kering tetapi petambak tidak perlu khawatir karena tidak seekstrem 2024.

Yang perlu dikhawatirkan dari cuaca ekstrem 2025, akan menimbulkan suhu air tinggi. Sehingga, memicu munculnya penyakit utama yang menghambat produksi udang, di antaranya Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND), White Spot Syndrome Virus (WSSV), Enterocytozoon Hepatopenaei (EHP), Infectious Myonecrosis Virus (IMNV), dan White Feces Syndrome (WFS). Penyakit tersebut dapat diatasi dengan strategi dan mitigasi yang tepat.

“Salah satu penyakit yang nilai prevalensinya tinggi adalah AHPND. Bukan hanya AHPND satu-satunya penyakit yang dilaporkan. Berdasarkan data yang diterima Grobes setiap dua minggu dan mengamati di berbagai lokasi menunjukkan bahwa rata-rata WFS dan IMNV konsisten dari tahun ke tahun muncul dan tidak terlalu tinggi. Sedangkan, AHPND, EHP, dan WFS menunjukkan beberapa peningkatan signifikan lebih tinggi pada 2025. Ini peningkatan cukup luar biasa,” urainya.

Txomin menyarankan, petambak perlu menerapkan pendekatan manajemen kesehatan yang sangat komprehensif untuk meminimalkan dampak serangan penyakit yang akan muncul tahun ini. “Tahun 2025 cukup menantang bagi petambak seperti harga udang turun, musim hujan lebat, aliran sungai cukup deras. Hal yang paling ditunggu adalah musim kemarau segera tiba yang merupakan berita positif bagi petambak. Namun, saat ini yang perlu dilakukan petambak melakukan pencegahan dampak penyakit tersebut,” katanya.

 

Biosekuriti

Melony Sellar, biosekuriti tanggung jawab semua orang – ASEP B

Sementara itu, Dr. Melony Sellars, CEO Genics menyampaikan pentingnya meningkatkan ketahanan udang terhadap penyakit melalui metode pengujian yang tepat dan bekerja dalam spektrum luas. Menurut Melony, perangkat uji dan metode yang digunakan di Indonesia cukup bagus mendeteksi patogen saat udang sedang sakit. Namun, kit uji itu tidak dapat digunakan untuk mendeteksi dini penyakit.

“Kit uji tersebut tidak boleh digunakan untuk pengujian PL (postlarvae, benur). Kit uji itu tidak boleh digunakan untuk pengujian pergerakan dan translokasi. Kit uji itu tidak akurat dan akan memberi data palsu dan rasa aman yang salah,” terangnya.

Jika ingin menguji pergerakan benur atau induk, perlu teknologi yang sangat sensitif dan akurat. “Validasi informasi yang didapat dengan sains dan cari buktinya. Jangan hanya percaya begitu saja. Bicaralah dengan orang yang menggunakan teknologi, lihat literatur ilmiah, dan mintalah saran ahli,” urainya.

Ahli udang level global ini juga menekankan pentingnya pengujian patogen pada induk dan benur sebelum ditebar di kolam. “Pastikan memilih pemasok indukan atau benur yang teratur melakukan uji patogen secara komprehensif. Mereka harus memberikan laporan pengujian kesehatan bulanan kepada pembudidaya,” ucapnya. Terapkan pula prosedur karantina untuk benur yang baru datang dan pastikan kesehatannya sebelum dimasukkan ke kolam budidaya.

Melony mengulas 4 hal penting dari pengalaman global sebagai pelajaran untuk kesuksesan budidaya udang di Indonesia. Pertama, deteksi patogen dini untuk memitigasi risiko memang cukup berhasil, tetapi pastikan uji PCR yang digunakan sesuai tujuannya. Kedua, beli indukan dan larva dari pemasok yang melakukan uji kesehatan menyeluruh.

“Jangan takut untuk bertanya. Jangan takut meminta laporan patogen dari pemasok. Anda dapat menggunakan analisis kesehatan mikrobioma terperinci untuk meningkatkan pengelolaan beban bakteri dalam sistem budidaya,” sarannya.

Terakhir, biosekuriti adalah tanggung jawab semua orang. Pastikan semua staf melakukan dan memahami prosedur biosekuriti dalam budidaya. “Periksa kandungan aktif dari apa yang digunakan, terutama klorin. Pastikan waktu tinggal berbagai bahan kimia sesuai dengan yang dibutuhkan untuk mencapai hasil akhir. Periksa efektivitas sistem pengolahan air benar-benar beroperasi sesuai dengan yang diinginkan,” pungkasnya.

 

Sabrina Y, Brenda Andriana, Asep B

Tag:

Bagikan:

Trending

WhatsApp Image 2025-05-14 at 5.47
Dari Benih Unggul Hingga Riset Mutakhir : EWINDO Buktikan Konsistensi 35 Tahun Dukung Petani Indonesia
WhatsApp Image 2025-05-14 at 5.47
Ketahanan Pangan Dimulai dari Benih Unggul
Foto Pendukung III
Pupuk Indonesia Gelar Program Tebus Pupuk Subsidi
Foto Pendukung I
BAKN DPR RI Apresiasi Sistem Pengawasan Command Center Pupuk Indonesia
BULOG
BULOG Menyerap Hasil Petani 2.000.524 Ton Setara Beras
Scroll to Top