Jakarta, Agrina-online.com. Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi mengatakan, periode puncak panen Gula Kristal Putih (GKP) dalam negeri diperkirakan jatuh pada Juli dan Agustus. Hal ini telah diantisipasi oleh pemerintah dengan mempersiapkan strategi penyerapan oleh BUMN pangan. Upaya ini diharapkan dapat menjaga spirit dan harga di tingkat petani.
Arief turut mengajak kalangan swasta agar menyerap gula petani sesuai Harga Acuan Pembelian (HAP) yang telah ditetapkan pemerintah, yakni Rp 14.500 per kilogram (kg). BUMN pangan dalam menyiapkan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) untuk gula, harus menyerap produksi petani.
“Kalau gula ini tinggal masalah anggaran saja. Sebentar lagi akan ada Rp 1,5 triliun untuk BUMN beli gula petani dengan harga minimal Rp 14.500 per kilo. Pemerintah sudah secara konsisten mengeskalasi harga gula petani. Apalagi Bapak Presiden Prabowo itu sangat cinta sama petani,” beber Arief saat hadir dalam Sarasehan Kemitraan Gula Nasional (SKGN) 2025, Jakarta, Rabu (2/7).
Terkait itu, stok CPP dalam bentuk gula pasir yang ada di BUMN pangan, per 1 Juli totalnya ada 46 ribu ton. Ini terdiri dari stok gula yang dikelola ID FOOD sebanyak 40 ribu ton dan Perum Bulog 6 ribu ton.
Produksi GKP menurut Proyeksi Neraca Gula Konsumsi yang disusun NFA, menunjukkan pada Juli dan Agustus diestimasikan menjadi puncak panen. Pada Juli produksi GKP dapat mencapai 602,2 ribu ton dan pada Agustus bisa meraih 615,4 ribu ton. Selanjutnya September sedikit mulai menurun ke 500,8 ribu ton.
“Kementerian Pertanian dan Badan Pangan Nasional telah komitmen untuk menyokong petani gula dalam negeri. Kebijakan HAP gula sejalan dengan upaya peningkatan produktivitas, supaya kita punya nilai kompetisi dengan gula luar negeri, seperti Brasil,” katanya.
Produksi gula Indonesia dilaporkan mengalami kenaikan sebagaimana laporan Food Outlook Biannual Report on Global Food Markets yang dipublikasikan Food and Agriculture Organization (FAO) Juni lalu.
Produksi gula Indonesia periode 2024/2025 diproyeksikan dapat mencapai 2,6 juta ton. Estimasi tersebut menjadi yang tertinggi kedua jika dibandingkan terhadap negara ASEAN lainnya, seperti Thailand yang 10 juta ton, Filipina 1,8 juta ton, dan Vietnam 1,1 juta ton.
“Jadi industri gula ini akan sangat menjanjikan. Bapak Presiden sepakat dukung produksi dalam negeri. Apalagi beliau mungkin setelah dari Arab Saudi, lanjut ke Brasil, nanti melihat etanol di sana bagaimana bisa berkembang. Sementara kondisi Indonesia mirip Brasil karena ada di sepanjang ekuator juga. Jadi kita pun pasti bisa melakukannya,” tukasnya.
Lebih lanjut, kondisi rerata harga secara nasional gula konsumsi di tingkat petani berdasarkan Panel Harga Pangan NFA, per 2 Juli berada di Rp 15.170 per kg. Ini masih berada 4,62 persen dari HAP yang Rp 14.500 per kg. Rerata harga terendah tercatat di Yogyakarta dengan Rp 14.500 per kg dan rerata harga tertinggi di Jawa Timur dengan Rp 15.450 per kg.
Arief merinci, stok awal gula Nasional transfer ke 2025 sebanyak 1,38 juta ton. Lalu perkiraan produksi 2,5 juta ton. Kemudian ada raw sugar impor sekitar 190 ribu ton untuk CPP. Kebutuhan bulanan Nasional sekitar 236 ribu ton, berharap stok akhir 2025 hingga ke 2026 dapat di sekitar angka 1,3 juta ton.
“Bulan Juni, Juli, Agustus, petani gula kita panen. Jadi supaya petani happy dan semangat nandur, BUMN harus serap, pabrik swasta juga tolong bantu serap, minimal harganya Rp 14.500,” urainya.
Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono mengatakan, komitmen pemerintah terhadap pemenuhan pangan domestik dengan mengutamakan produksi dalam negeri. Di sektor gula, ia berharap rendemen dapat lebih ditingkatkan.
“(Pemerintahan) belum genap 8 bulan sudah pengumuman tidak impor beras, tidak impor jagung, dan semoga tahun ini kita tidak impor gula konsumsi. Pangan itu (bagaimana) menaikkan produksi. Kalau di tebu, rendemen, maka rendemennya supaya tinggi bagaimana?,” katanya.
Sudaryono menambahkan, ada banyak penelitian, ada banyak teknik, Saya berharap APTRI (Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia), mulai dari pengusaha kecil sampai yang besar, semua kita harus bersatu (gapai swasembada),” ajak Wamentan.
Adapun forum SKGN 2025 ini merupakan inisiasi dari APTRI dan Asosiasi Gula Indonesia (AGI). Acara tahunan ini mengangkat tema besar “Peningkatan Peran Petani Tebu dalam Mendorong Percepatan Swasembada Gula Nasional”.
Sabrina Yuniawati