Dalam
perjalanan bisnisnya selama hampir 60 tahun, Astra senantiasa menampilkan wajah
sebagai kelompok bisnis yang berwawasan kebangsaan.
Bersyukur
dan berbagi sudah membudaya di PT Astra International Tbk. Nilai-nilai ini
tidak terlepas dari pesan sang pendiri perusahaan, William Soeryadjaya, yaitu
Astra tidak ingin hidup sejahtera sendirian di tengah tetangganya yang tidak
sejahtera. Pesan itu pun menjadi butir pertama Catur Dharma Grup Astra,
perusahaan yang berdiri pada 20 Februari 1957. Yakni, menjadi milik yang
bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Jejak
Berbagi
Grup
Astra yang fokus pada enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat
berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur; logistic; dan lainnya, serta
teknologi informasi ini sudah mengukir program CSR sejak 1974. Coporate social responsibility (CSR)
adalah salah satu instrumen berbagi kepada masyarakat. Waktu itu berdiri
Yayasan Toyota dan Astra (YTA). Yayasan ini telah memberikan beasiswa kepada
ribuan pelajar dan mahasiswa di Indonesia.
Enam
tahun kemudian berdiri Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) yang membina ribuan
pengusaha mikro, kecil dan menengah di bidang manufaktur, perbengkelan,
agribisnis dan kerajinan. Pada 1995 hadir Yayasan Astra Bina Ilmu (YABI) yang
membawahi Politeknik Manufaktur. Selanjutnya, ada Yayasan Astra Honda Motor
(YAHM) yang mempunyai misi memberikan beasiswa kepada siswa dan mahasiswa serta
kampanye keselamatan berkendara.
Yayasan
Amalia Astra (YAA) dibangun enam tahun berikutnya. Yayasan ini melakukan
kegiatan pemberdayaan kaum duafa di bidang pendidikan dan memberikan beasiswa
untuk masyarakat di sekitar wilayah kerja Grup Astra. Pada 2006 berdiri Yayasan
Pendidikan Astra Michael D. Ruslim (YPA-MDR). Yayasan ini telah membangun
puluhan sekolah di daerah pra-sejahtera.
Setelah
itu, muncul pula Yayasan Karya Bhakti United Tractors (YKB UT) untuk menghasilkan
tenaga terampil. Pada 2010 berdiri Yayasan Astra Agro Lestari (YAAL) yang mendedikasi
diri guna membangun dan membina puluhan sekolah di sekitar kebun PT Astra Agro
Lestari Tbk.
Empat
tahun berselang, Yayasan Insan Mulia Pamapersada Nusantara (YIMP) memulai
kiprahnya. Yayasan ini bervisi memberikan kontribusi positif bagi perkembangan
perusahaan dan masyarakat melalui pembentukan karakter karyawan yang beriman,
bertakwa dan berakhlak mulia. Fokus programnya mengelola infak, zakat, sedekah;
dakwah dan kajian; serta sosial kemasyarakatan.
Ada
hikmah luar biasa dari pelaksanaan CSR Grup Astra selama ini. Semakin banyak bersyukur
dan berbagi kepada masyarakat, bisnis Grup Astra kian berkembang. Lantas, keinginan
berbagi itu semakin menguat.
Untuk
mengatur aktivitas CSR di seluruh Indonesia, pada 28 Oktober 2009 perusahaan ini
meluncurkan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia. Di bawah payung SATU
Indonesia, upaya Astra berbagi dan memberi nilai tambah untuk masyarakat
Indonesia terikat dalam spirit yang sama, yaitu keterpaduan dalam memberikan
manfaat sebesar-besarnya untuk kejayaan bangsa Indonesia.
SATU
Indonesia diharapkan dapat menampilkan wajah Grup Astra sebagai kelompok bisnis
yang berwawasan kebangsaan. Melalui SATU Indonesia, Astra semakin kokoh dalam
membangkitkan spirit nasionalisme serta membangun kebangsaan dan karakter. Mengacu
pada salah satu visi Astra yang bertanggung jawab secara sosial dan ramah
lingkungan. Pelaksanaan CSR pun difokuskan pada empat pilar utama : pendidikan,
lingkungan, usaha mikro; kecil; dan menengah (UMKM), dan kesehatan. Jadi,
program CSR Astra berupaya memberdayakan dan membangun kemandirian masyarakat
yang kurang atau belum mampu agar bisa berpartisipasi menggerakkan perekonomian
daerah dan menciptakan lapangan kerja.
Apresiasi
SATU Indonesia
Apresiasi
SATU Indonesia merupakan ajang tahunan persembahan untuk mencari pemuda-pemudi
yang memiliki semangat sejalan dengan Astra. Yaitu, senantiasa berkontribusi
positif terhadap lingkungan sekitar dan memberikan manfaat bagi masyarakat pada
lima bidang : pendidikan, lingkungan, wirausaha, kesehatan, dan teknologi.
Ajang ini dimulai sejak 2010.
Penghargaan
itu diberikan kepada generasi muda yang telah memberi manfaat bagi masyarakat. Lima
pemenang dan satu kelompok yang mewakili lima kategori tersebut masing-masing
mendapat bantuan dana sebesar Rp55 juta dan pembinaan kegiatan.
Dari
tahun ke tahun, jumlah pendaftar untuk mengikuti Apresiasi SATU Indonesia kian
meningkat. Jika pada tahun pertama pemberian apreasisi itu baru sebanyak 120
orang pendaftar, lima tahun kemudian sudah mencapai 1.833 orang. Pada 2015 terdata
2.071 pendaftar dan meningkat menjadi 2.341 orang di tahun ini. Atau, sejak
2010 peningkatannya mencapai sekitar 1.851%.
Yang
menarik, pada 2016 ada dua pemenang di bidang kewirausahaan, yaitu Muhammad
Aripin dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan dan Akhmad Sobirin dari Banyumas,
Jawa Tengah. Keduanya terpilih karena sama kreatifnya dalam memajukan UMKM di
Indonesia.
Muhammad
Aripin, 29, berbisnis dengan mengolah sampah menjadi barang-barang bernilai
ekonomis. Ia melibatkan anak jalanan, anak-anak korban narkoba dan anak-anak
putus sekolah. Akhir 2015, ia mendirikan Yayasan Rumah Kreatif sebagai wadah
kegiatan usaha di bidang teknik, kerajinan tangan dan seni budaya. Produk
yayasan ini antara lain dipasarkan melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda)
dan media online hingga ke mencanegara.
Akhmad
Sobirin, 29, mempelopori, mengajak dan mengedukasi masyarakat di daerahnya untuk
memproduksi gula semut dari nira kelapa. Proses produksi gula semut lebih rumit
daripada gula biasa. Di bawah bendera Koperasi Usaha Bersama (KUBE) Manggar
Jaya, yang didirikan pada 1 Juni 2012, sebanyak 102 anggota berhasil
meningkatkan kesejahteraannya. Selama ini, kalau melalui tengkulak harga jual
gula semut Rp13.000/kg tapi melalui KUBE Rp20.000/kg.
Gerakan
Nasional
Wirausahawan,
menurut Joseph C. Schumpeter, merupakan orang yang melihat peluang kemudian
menciptakan organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Untuk membangun
perekonomian suatu bangsa, menurut David C. McClelland, sosiolog dari Harvard
University, Amerika Serikat, diperlukan minimal 2% pengusaha atau wirausahawan
dari total penduduk.
Sebab,
pengusaha yang berskala UMKM ataupun besar, menjadi mesin ekonomi yang mengubah
sumber daya menjadi produk-produk bernilai. Akan tetapi, sampai saat ini jumlah
wirausahawan di Indonesia baru sekitar 1,63%. Bandingkan jumlah wirausahawan di
Malaysia 3%, Singapura 7%, India 7%, Tiongkok 10%, Jepang 10%, dan Amerika
Serikat 12%.
Menurut
data Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), sekitar 55% Produk Demestik Bruto
(PDB) Indonesia berasal dari sektor agribisnis yang meliputi pertanian dari
hulu sampai ke hilir. Gula semut yang dikembangkan Akhmad Sobirin, termasuk
dalam bidang agribisnis.
Karena
itu, sebaiknya SATU Indonesia banyak memberikan apresiasi kepada pelaku UMKM
agribisnis baik yang bergerak di bidang sarana produksi, usaha tani, pengolahan,
pemasaran, maupun jasa penunjang. Dengan mengapresiasi para bibit wirausahawan
muda agribisnis yang peduli bangsa, ke depan diharapkan dapat menekan
kesenjangan ekonomi di Indonesia.
“Potensi
para pemuda sekarang jauh lebih menjanjikan karena didukung teknologi informasi
yang kian berkembang sehingga mampu memberikan nilai tambah atas aktivitasnya.
Yang perlu dipikirkan sekarang adalah bagaimana SATU Indonesia Awards mampu
menjadikan kegiatan para pemenang ini menjadi suatu gerakan berskala nasional,”
kata Tri Mumpuni, salah satu juri Satu Indonesia Awards 2016 dan pendiri
Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan.
Prijono
Sugiarto, Presiden Direktur PT Astra International Tbk pada Apresiasi SATU
Indonesia Oktober 2016 menjelaskan, “Melihat inovasi, semangat serta manfaat
yang telah dilakukan oleh para pemuda ini, Astra senantiasa mendukung kegiatan
mereka agar semakin banyak mutiara-mutiara yang menginspirasi masyarakat untuk terus
berkarya membangun bangsa.”
Jadi,
Astra turut menularkan nilai-nilai kepada wirausahawan muda agar tidak hanya
bekerja nyata untuk kemajuan diri sendiri tetapi juga memberi manfaat kepada masyarakat
di sekitar. Harapannya pada usia yang ke-60 di 20 Februari 2017, Astra dapat menginspirasi
lahirnya gerakan nasional (gernas) wirausahawan muda peduli bangsa melalui SATU
Indonesia.
Windi
Listianingsih