Senin, 10 Maret 2025

Ini Cara WPI Dukung Swasembada Pangan Nasional

Ini Cara WPI Dukung Swasembada Pangan Nasional

Foto: - DOK. WPI
Kunci swasembada pangan dengan menyejahterakan petani

JAKARTA, AGRINA-ONLINE.COM. Wilmar Padi Indonesia (WPI) terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung swasembada pangan nasional melalui Farmer Engagement Program (FEP). Ini merupakan program pendampingan petani yang diharapkan menjadi contoh peran aktif sektor swasta dalam mendukung kebijakan pemerintah.

 

”Kita sebenarnya jauh-jauh hari sudah melihat bahwa swasembada pangan itu harus menyejahterakan petani. Karena tanpa petani sejahtera, swasembada tidak tercapai. Lahannya pasti dijual, anaknya pilih kerja di luar,” ujar Rice Business Head PT WPI, Saronto di sela Buka Puasa Bersama Media (7/3) di Jakarta.

 

Saronto mengatakan, FEP dimulai pada 2021 di Madiun, Jawa Timur dengan lahan seluas 40 ha. Program ini untuk menyejahterakan petani dengan menggunakan praktik pertanian yang benar sesuai GAP (Good Agriculture Practices) disertai pendampingan dan asuransi pertanian. Kemudian, petani ditawarkan menerapkan pola budidaya ala WPI pada separuh lahannya dan sisanya dengan cara masing-masing. Tidak hanya itu, jika hasil panen petani dengan cara masing-masing lebih tinggi, WPI berminta membayar kelebihannya.

 

”Tiga hal yang saya sampaikan, petani kalau mau sejahtera, produktivitas lahan harus meningkat dengan GAP: pemupukan tepat waktu, benih unggul, menggunakan juga insektisida, pestisida yang tepat. Kedua, meningkatkan kualitas gabah. Ketiga, Wilmar akan memberikan harga yang fair. Maksudnya, kualitas bagus dibayar bagus. Kualitas jelek dibayar jelek, bukan disamakan. Dengan begitu, petani akan semangat. Tiga hal itu berkaitan untuk kesejahteraan petani, kunci swasembada pangan,” terangnya.

 

Program tersebut mendapatkan respon positif petani. Sehingga, pada 2024 WPI mampu merealisasikan kemitraan seluas 20 ribu ha yang dikelola lebih dari 20 ribu petani. Kemitraan itu tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara. Luas lahan kemitraan terbesar ada di Jawa Timur, mencapai 14 ribu ha.

 

“Petani telah merasakan manfaat kemitraan sehingga program kami dapat diterima dengan baik,” ucap Saronto.

 

Ia menambahkan, tahun ini WPI menargetkan kemitraan melalui FEP seluas 30 ribu ha di Jawa dan Sumatera. Peningkatan target tersebut seiring bertambahnya daerah yang menjalin kerja sama dengan perusahaan.

 

”Target bisa mencapai 50 ribu ha dalam 2 tahun ke depan. Tanpa harus kampanye, bedol desa,” katanya optimis.

 

Komitmen Dukung Program Pemerintah

Saronto menuturkan, WPI terus memperkuat dukungannya terhadap program pangan nasional. Salah satu wujud nyata komitmen ini adalah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kementerian Pertanian, terkait pembelian gabah di tingkat petani seharga Rp6.500/kg.

 

”Kita tanda tangan harga Rp6.500/kg. Kita berani beli Rp6.800, Rp7.000 asal rendemennya masuk. Harga yang dibayar sama dengan mutu yang dibeli,” ungkapnya.

 

Selain itu, pihaknya berperan dalam membantu Perum BULOG memasok beras public service obligation (PSO) sebagai cadangan pangan pemerintah yang akan disalurkan sepanjang Februari hingga April 2025.

 

”Seribu ton dicadangkan buat BULOG setiap hari. Sudah jalan di Kuala Tanjung, Medan, Serang, Mojokerto, Ngawi. Mudah-mudahan bisa mendukung program cadangan pangan yang ditargetkan,” harap saronto.

 

WPI juga menyediakan fasilitas tolling atau maklon untuk membantu BULOG menggiling gabah di lima pabriknya dengan kapasitas 1.000 ton per unit per hari selama musim panen raya (Maret-April 2025). “Kami turut membantu BULOG dalam mengidentifikasi daerah panen dan kelompok tani yang siap menjual gabahnya," jelas Saronto.

 

Kolaborasi Strategis dengan Pemerintah

Sejak tahun lalu WPI telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan dalam program budidaya padi di Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Program yang telah berjalan seluas 5 ha dari target 25 ha ini tidak hanya bertujuan meningkatkan produksi pangan, tetapi juga memberdayakan warga binaan dengan keterampilan bertani.

 

Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan pemerintah kabupaten Blora, Jawa Tengah berupa penanaman padi seluas 500 ha dan program tanam bersama TNI-Polri di 30 lokasi di Jawa dan Sumatera.

 

Sebagai bagian dari optimasi lahan pertanian, perusahaan juga membantu menghidupkan kembali lahan tidur di Sidoarjo, Jawa Timur dan Palembang, Sumatera Selatan. “Pemanfaatan lahan tidur bisa menjadi alternatif untuk menambah produksi pangan,” ujar Saronto.

 

Saronto menambahkan, perusahaan juga membantu menghubungkan petani dengan komunitas peralatan pertanian. Hal itu dilakukan agar lebih mandiri karena dapat memperpendek rantai dalam memperoleh peralatan pertanian.

 

“Akses kepada peralatan pertanian perlu dibuka agar petani memiliki jalur sendiri sehingga lebih mandiri,” katanya.

 

WPI juga bekerja sama dengan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Sragen, Jawa Tengah dalam memperbaiki saluran irigasi, berupa pembuatan tong gantung atau talang air. Fasilitas tersebut telah membantu sekitar 287 ha lahan milik petani.

 

”Apakah gratis? Kita nggak pernah mendidik orang (dengan bantuan) gratis, kita bantu dengan pinjaman tanpa bunga dan bisa dicicil. Dengan pemerintah kita pasti free karena support pemerintah. Ke petani kita ajarkan kalau pinjam bibit harus bayar dengan cicil, yarnen (bayar saat panen). Benih yeng kita berikan bukan ecek-ecek. Kalau benih tidak bagus, kita klaim dengan supplier benihnya sehingga dia ganti kegagalan tersebut,” pungkasnya.

 

Windi Listianingsih

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain