Foto: NFA
Perilaku belanja bijak akan berdampak positif terhadap stabilitas pangan
JAKARTA (AGRINA-ONLINE.COM) – Sebagai langkah jangka panjang membangun ketahanan pangan yang tangguh dan berkelanjutan, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus mendorong secara masif gerakan pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) dan gerakan Stop Boros Pangan. Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, B2SA dan Stop Boros Pangan harus diinternalisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk membangun basis ketahanan pangan yang kuat menghadapi berbagai macam tantangan.
"Uang bukan hanya satu-satunya investasi. Kita juga harus investasi terhadap diri sendiri dengan memilih pangan dengan bijak. Selayaknya kita pilih makanan yang menyehatkan tubuh kita. Sehat adalah tanggung jawab kita bersama, dengan mengonsumsi pangan B2SA (Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman), kita juga harus melakukan membiasakan untuk stop boros pangan, karena selain menumbuhkan toleransi kita kepada yang membutuhkan, juga dampak lanjutannya akan terasa pada stabilitas pangan kita." ujar Arief saat membuka kegiatan kolaboratif NFA bersama Inkowapi (Induk Koperasi Wanita Pengusaha Indonesia) dan Sahara (Sahabat Usaha Rakyat) pada Minggu (28/01/2024) di Gudang Sarinah Ekosistem, Pancoran, Jakarta Selatan.
Arief menegaskan, kebiasaan mengonsumsi pangan B2SA dimulai dari langkah sederhana yakni dengan memilih pangan lokal sebagai menu sehari-hari. Selain itu, membiasakan mengonsumsi pangan dengan porsi yang cukup sesuai standar Isi Piringku yaitu 1/3 porsi karbohidrat, 1/3 porsi sayur mayur, 1/6 porsi lauk pauk, dan 1/6 porsi buah-buahan.
"Dan tentunya kita juga harus memastikan bahwa pangan yang kita konsumsi aman atau tidak mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh, karena if it is not safe, it is not food. Jika tidak aman, berarti bukan pangan," ungkapnya.
Terkait stop boros pangan, Arief menjelaskan salah satu upayanya adalah dengan memulai menerapkan pola belanja bijak. "Saya mengimbau kita semua untuk berbelanja bijak, sebetulnya sederhana, kita bisa mulai dari menyiapkan daftar belanja sehingga ketika belanja sesuai dengan kebutuhan, tidak usah memborong apalagi menimbun pangan. Sebab kita pastikan stok pangan aman dan cukup sesuai estimasi kebutuhan nasional," ujarnya.
Menurut Arief, dengan upaya bersama dari seluruh masyarakat, jika dilakukan secara konsisten, perilaku belanja bijak akan memiliki dampak positif terhadap stabilitas pangan karena masyarakat tidak perlu terpicu dengan kepanikan berbelanja, dan mampu mengatur pengeluaran belanjanya secara lebih baik.
"Kami apresiasi para stakeholder, dalam hal ini Inkowapi dan komunitas Sahara yang bersinergi dengan Badan Pangan Nasional, sehingga gerakan kampanye B2SA dan stop boros pangan ini terus kita lakukan dan tentunya kita berharap secara perlahan masyarakat bergeser dari pola yang pangan yang tidak seimbang menjadi B2SA dan terus mengurangi kebiasaan boros pangan," ungkapnya.
Sementara itu Ketua Umum Inkowapi Sharmila mengatakan bahwa Inkowapi bekerjasama sama dengan Badan Pangan Nasional, Kemenko Perekonomian dan KADIN memperkuat warung warung yang dikelola oleh perempuan untuk bertransformasi menjadi posko pangan.
“Kita mengadakan pendidikan dan pelatihan dan bantuan permodalan dalam bentuk barang dagangan serta digitalisasi. Saat ini posko pangan sudah ada di 25 provinsi yang berjumlah 308 ribu, kami siap berkolaborasi untuk turut mensosialisasikan berbagai program Badan Pangan Nasional,” ujarnya.
Adapun pola pangan masyarakat menunjukkan perbaikan ke arah komposisi yang lebih beragam. Hal ini terlihat dari Skor Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2023 sebesar 94,1 berada di atas angka yang ditargetkan dalam RPMJN tahun 2023 sebesar 94. Secara rinci skor PPH antara lain padi-padian mencapai persentase sebesar 56,7 persen dari target Angka Kecukupan Gizi (AKG) ideal di 50 persen, lalu umbi-umbian 2,7 persen dari AKG ideal 6 persen, dan pangan hewani 12,1 persen dari AKG ideal 12 persen. Selanjutnya minyak dan lemak 12 persen dari AKG ideal 10 persen, buah/biji berminyak 0,8 persen dari AKG ideal 3 persen, kacang-kacangan 3,3 persen dari AKG ideal 5 persen, gula 3,2 persen dari AKG ideal 5 persen, sayur dan buah 6 persen dari AKG ideal 6 persen, dan lain-lain seperti minuman dan bumbu 2,4 persen dari AKG ideal 3 persen.
Sabrina Yuniawati